Tahanan diikat terbalik dan kepalanya ditenggelamkan ke dalam kendi sebagai upaya untuk tetap menyadarkan tahanan yang sedang diinterogasi saat disiksa
Jujur saja, menapaki setiap gedung membuat saya merinding. Bukan merinding ketakutan, tetapi bergidik tidak dapat membayangkan kekejaman yang sempat terjadi di S21 ini. Ketika sebuah keluarga harus dipisahkan ruang tahanannya, banyak dari mereka yang tidak lagi dapat menemui apalagi mendengar kabar dari sanak saudaranya. Tidak sampai disitu, mereka juga diharuskan melakukan kerja rodi seperti bercocok tanam untuk pemenuhan kebutuhan pangan pemerintah. Dan ketika dirasa mereka tidak lagi dibutuhkan, mereka akan digiring menuju Choeung Ek, dimana mereka akan menutup mata untuk selama-lamanya.
Oleh karena itu, seusai mengelilingi semua gedung, saya melanjutkan perjalanan ke Choeung Ek Killing Field, tempat eksekusi para tahanan. Choeung Ek letaknya lumayan jauh dari Tuol Sleng karena saya membutuhkan sekitar empat puluh lima menit berkendara motor untuk mencapai tempat tersebut. Selama di perjalanan, saya membayangkan suasana malam hari, dimana satu persatu tahanan naik ke atas jeep tentara dalam keadaan mata yang tertutup. Mereka tidak tahu akan dibawa kemana dan akan diapakan. Mereka hanya duduk termangu dalam kegelapan dan kesunyian di atas jeep sampai akhirnya mereka tiba di sebuah pekarangan luas.
Saya pun tiba di Choeung Ek. Keadaan Killing Field ini tidak tampak semengerikan Tuol Sleng. Apabila di Tuol Sleng, gedung-gedung, alat siksa hingga lantainya yang berbercak darah kering dibiarkan apa adanya seperti saat menjadi penjara S21, di Cheong Ek saya disuguhkan sebuah taman cantik, lengkap dengan bangku-bangku untuk beristirahat, dan beberapa bangunan seperti theater dan kantin sederhana. Setelah saya membayar tiket masuk, petugas menyodorkan brosur petunjuk berikut sebuah alat audio kepada saya. Alat ini yang nanti akan membimbing saya dan bercerita mengenai latar belakang lokasi dimana saya sedang berhenti.
Tur sejarah pun dimulai, saya mengenakan head set dan membaca brosur petunjuk. Dalam brosur dijelaskan, lokasi-lokasi dimana saya harus berhenti dan menekan tombol angka sesuai dengan nomor yang tertera di sebuah papan petunjuk. Misalkan saya sedang berhenti di sebuah spot dengan papan bertuliskan 101, maka saya harus menekan tombol 101 dan mendengar apa saja yang sempat terjadi di sekitar papan tersebut pada masa lalu.
Alat audio yang digunakan untuk mendengarkan penjelasan
Semua orang tampak khusuk mendengarkan penjelasan dari headset mereka seraya membayangkan apa yang terjadi di masa lalu
Lokasi dimana tulang-belulang korban ditemukan. Di beberapa tempat terdapat tulang-tulang wanita dan anak-anak, dan di tempat lain terdapat tulang-tulang tanpa kepala