Mohon tunggu...
Hendra Fu
Hendra Fu Mohon Tunggu... wiraswasta -

a traveler who loves to spend d sunset time with bottles of beer and ciggy at d beach, calm this mind with criket's song at an isolated village, enjoy the beats in every party club, adore the cultural heritages at traditional sites, and meet new people to travel with

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tragedi Berdarah Khmer Merah

4 November 2013   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahanan diikat terbalik dan kepalanya ditenggelamkan ke dalam kendi sebagai upaya untuk tetap menyadarkan tahanan yang sedang diinterogasi saat disiksa

Jujur saja, menapaki setiap gedung membuat saya merinding. Bukan merinding ketakutan, tetapi bergidik tidak dapat membayangkan kekejaman yang sempat terjadi di S21 ini. Ketika sebuah keluarga harus dipisahkan ruang tahanannya, banyak dari mereka yang tidak lagi dapat menemui apalagi mendengar kabar dari sanak saudaranya. Tidak sampai disitu, mereka juga diharuskan melakukan kerja rodi seperti bercocok tanam untuk pemenuhan kebutuhan pangan pemerintah. Dan ketika dirasa mereka tidak lagi dibutuhkan, mereka akan digiring menuju Choeung Ek, dimana mereka akan menutup mata untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu, seusai mengelilingi semua gedung, saya melanjutkan perjalanan ke Choeung Ek Killing Field, tempat eksekusi para tahanan. Choeung Ek letaknya lumayan jauh dari Tuol Sleng karena saya membutuhkan sekitar empat puluh lima menit berkendara motor untuk mencapai tempat tersebut. Selama di perjalanan, saya membayangkan suasana malam hari, dimana satu persatu tahanan naik ke atas jeep tentara dalam keadaan mata yang tertutup. Mereka tidak tahu akan dibawa kemana dan akan diapakan. Mereka hanya duduk termangu dalam kegelapan dan kesunyian di atas jeep sampai akhirnya mereka tiba di sebuah pekarangan luas.

Saya pun tiba di Choeung Ek. Keadaan Killing Field ini tidak tampak semengerikan Tuol Sleng. Apabila di Tuol Sleng, gedung-gedung, alat siksa hingga lantainya yang berbercak darah kering dibiarkan apa adanya seperti saat menjadi penjara S21, di Cheong Ek saya disuguhkan sebuah taman cantik, lengkap dengan bangku-bangku untuk beristirahat, dan beberapa bangunan seperti theater dan kantin sederhana. Setelah saya membayar tiket masuk, petugas menyodorkan brosur petunjuk berikut sebuah alat audio kepada saya. Alat ini yang nanti akan membimbing saya dan bercerita mengenai latar belakang lokasi dimana saya sedang berhenti.

Tur sejarah pun dimulai, saya mengenakan head set dan membaca brosur petunjuk. Dalam brosur dijelaskan, lokasi-lokasi dimana saya harus berhenti dan menekan tombol angka sesuai dengan nomor yang tertera di sebuah papan petunjuk. Misalkan saya sedang berhenti di sebuah spot dengan papan bertuliskan 101, maka saya harus menekan tombol 101 dan mendengar apa saja yang sempat terjadi di sekitar papan tersebut pada masa lalu.

Alat audio yang digunakan untuk mendengarkan penjelasan

Semua orang tampak khusuk mendengarkan penjelasan dari headset mereka seraya membayangkan apa yang terjadi di masa lalu

CIMG3874
CIMG3874
CIMG3880
CIMG3880

Lokasi dimana tulang-belulang korban ditemukan. Di beberapa tempat terdapat tulang-tulang wanita dan anak-anak, dan di tempat lain terdapat tulang-tulang tanpa kepala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun