Maka, pertanyaan yang sama juga saya ajukan kepada para pengguna lain WhatsApp, khususnya mereka yang pernah jadi korban. Dari manakah kira-kira nomor Anda ditemukan? Adakah Anda memberinya secara sembarangan?
Maksudnya begini. Jangan sampai di satu sisi pemilik aplikasi WhatsApp kita desak untuk meningkatkan keamanan, namun di sisi lain kita kerap bertindak ceroboh.
Ya, tidak selalu karena kelalaian kita juga. Karena bisa jadi misalnya nomor kita diperoleh si pelaku dari pihak penjual pulsa dan kuota internet jenis elektrik. Contoh kasus, sila klik ini. Cuma saya tegaskan, tidak semua penjual pulsa dan internet demikian.
Bagaimana agar nomor kita tidak tersebar bebas? Untuk menghindari terjadinya hal-hal di luar kendali, sebisa mungkin kita beli pulsa dan kuota berjenis voucher saja, atau lewat aplikasi yang dimiliki. Kecuali kedua-duanya tidak ada dan dalam kondisi mendesak.
Selain itu, buat apa sih Anda memamerkan nomor kontak di media sosial kalau tidak penting diketahui orang lain? Adakah Anda percaya semua teman Anda di dunia maya berpikir bijak? Apakah yakin nomor Anda tidak akan dilihat orang-orang yang tidak masuk daftar pertemanan?
Pada sebuah kesempatan, saya membaca status linimasa seorang teman berjenis kelamin perempuan, yang isinya berupa protes karena dirinya dihubungi melalui video call oleh seseorang dan kebetulan bernomor kontak baru.
Saat terhubung, ia kaget. Di video ia melihat seorang laki-laki, yang tidak menampakkan muka, sedang memainkan alat kelaminnya. Siapakah gerangan orang itu? Betulkah sesama teman yang dikenal? Tidak ada yang tahu persis. Inilah yang saya maksud, jangan pamer nomor kontak pribadi.
Poin penting berikutnya adalah, karena umumnya sebagian aplikasi media sosial yang kita pakai mewajibkan pencantuman nomor kontak, maka sebaiknya kita tidak lupa menguncinya. Buatlah jadi "privat". Jelajahi fitur-fitur yang ada untuk mengetahuinya.
Kiranya masih banyak lagi cara lain untuk mengamankan nomor kontak pribadi kita di media sosial. Dan poin terakhir ini, sesuai judul tulisan, saya menghimbau agar Anda juga tidak menitip nomor kontak di sembarang grup media sosial. Apapun namanya.
Mohon izinkan saya menebak, bahwa kemungkinan besar, sebagian dari Anda telah menjadi anggota satu atau lebih grup Facebook. Grup itu pasti bermacam-macam. Entah grup rohani, bisnis, dan seterusnya.