Saya kurang tahu, bagaimana Trump dan Republik menetralkan relasi tegang di antara mereka. Apakah Trump setelah ini mau inisiatif melawat, atau Republik yang rendah hati "memeluk" Trump.
Prediksi saya, andaikata terjadi kesepakatan "damai", relasi Trump dan Republik mustahil sebaik sebelum-sebelumnya. Kemudian, agaknya Republik belum tentu mengusung Trump maju di Pilpres 2024. Pasti ada rasa kapok.
Selanjutnya, kalau Trump memang ingin maju sedangkan Republik tidak memberi restu (yang tentunya dapat dibaca oleh Trump), apa yang mungkin dilakukannya ke depan?Â
Berbekal pendukung fanatik dalam jumlah besar, yang disebutnya "Patriot", Trump kemungkinan keluar dari Republik dan membentuk partai baru. Trump punya energi, modal keuangan, dan kesempatan yang cukup untuk melakukan itu.
Para pendukung Trump yang menyebut diri "Trumpisme" bakal mendesak terbentuknya partai baru. Mereka pasti tidak rela Trump berada di situasi sulit dan kehilangan cita-cita menjadi presiden untuk kedua kalinya.
Di mata pendukungnya, terbentuknya partai baru tidak terbatas untuk kepentingan Trump semata, tetapi sekaligus mengakhiri "sistem dua partai" (Demokrat dan Republik) di AS.
"Saya berharap partai baru dapat diluncurkan, Partai Patriot. Itu akan menjadi skenario terbaik, akhir dari sistem dua partai," kata Gia Maxson, salah seorang pendukung fanatik Trump dari North Carolina.
Apakah prediksi saya dan harapan Maxson mungkin terjadi? Tidak ada yang tidak mungkin. Namun sekali lagi, semua tergantung dari sikap dan tindakan Trump. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H