Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menebak Makna "Kekosongan Pemimpin" oleh Jusuf Kalla

21 November 2020   16:55 Diperbarui: 21 November 2020   16:59 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melansir KOMPAS.com (20/11), dalam sebuah acara diskusi virtual bertajuk "Partisipasi Masyarakat Sipil dalam Membangun Demokrasi yang Sehat", mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berujar bahwa di negeri ini sedang terjadi kekosongan pemimpin. Entah di level mana, apakah pusat atau daerah.

Ucapan JK tersebut merupakan tanggapan pribadinya setelah melihat fenomena Rizieq Shihab dan kisruh soal penurunan baliho oleh pasukan TNI atas perintah Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

"Kenapa masalah Habib Rizieq begitu hebat permasalahannya, sehingga polisi, tentara turun tangan sepertinya kita sesuatu goncangan. Kenapa itu terjadi? Ini menurut saya karena ada kekosongan pemimpin. Pemimpin yang menyerap aspirasi masyarakat," ujar JK.

JK menduga, persoalan Rizieq muncul sebagai akibat dari rusaknya sistem demokrasi. Menurutnya, masyarakat saat ini sulit menyampaikan aspirasi karena pemimpin dan para wakil rakyat kurang dipercaya, sehingga "demokrasi jalanan" menjadi pilihan.

Di sumber lain (CNN Indonesia dan Bisnis.com), JK berpendapat, di samping memilih "demokrasi jalanan" akibat aspirasinya tidak terakomodir, masyarakat juga kemudian mendekati sosok tertentu, yang disebut JK sebagai pemimpin karismatik.

"Ini menurut saya karena ada kekosongan kepemimpinan yang dapat menyerap aspirasi masyarakat luas. Begitu ada pemimpin yang karismatik katakanlah, atau ada yang berani memberikan alternatif maka orang mendukungnya. Kenapa masyarakat memilih Habib Rizieq untuk menyuarakan dia punya aspirasi?," lanjut JK.

Sebelum saya lanjut, saya mau meringkas beberapa pernyataan penting JK, yakni kekosongan pemimpin (saya sedikit membaca arahnya ke mana), sistem demokrasi rusak (aspirasi masyarakat terabaikan), muncul "demokrasi jalanan", dan hadir Rizieq yang dilabeli pemimpin karismatik.

Berarti total ada 4 (empat) poin. Kalau mau disambung supaya lebih tegas, kira-kira begini bunyinya: Negeri ini butuh pemimpin karismatik yang mampu mendengar aspirasi rakyat. Dan contoh pemimpin karismatik itu adalah Rizieq Shihab.

Baca juga: Jusuf Kalla dan Rizal Ramli "Berbalas Pantun", Ada Apa dengan Para Mantan?

Saya kurang tahu, apakah cuma Rizieq Shihab saja yang karismatik di pandangan JK, atau masih ada yang lain. Tebakan saya, di pikiran JK, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan termasuk sosok pemimpin karismatik.

Mari kita tinggalkan istilah pemimpin karismatik dan contoh orang-orangnya. Terserah JK menyebut Rizieq Shihab dan/ atau Anies Baswedan. Tapi sepengetahuan saya, JK sebenarnya tergolong pemimpin karismatik.

Saya tertarik kata "kekosongan pemimpin" dan hubungannya dengan kisruh (buah) kedatangan Rizieq Shihab di Indonesia. Saya belum tahu JK memulai dari mana, sehingga keduanya dibuat menjadi saling terhubung.

Pusing kalau saya uraikan panjang lebar di sini. Begitu rumit. Bahkan, sampai sekarang saya masih belum paham benang merah antara kepergian Rizieq Shihab ke Arab Saudi (tinggal di sana selama 3 tahun) dan kedatangannya di Indonesia yang langsung teriak "rekonsiliasi" kepada pemerintah.

Setahu saya, Rizieq Shihab ke luar negeri usai Pilkada 2017, atas kemauan sendiri (dikabarkan untuk umroh), dan Presiden Joko Widodo selaku pemimpin republik ini tidak bermasalah dengannya.

Harusnya kalau Rizieq Shihab mau rekonsiliasi, orang yang diajak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bukan Jokowi. Ahok layak dirangkul karena bernasib sial kala itu. Kursi gubernur raib dan dirinya masuk penjara.

Kembali lagi, "kekosongan pemimpin". JK mendambakan pemimpin yang mau mendengar aspirasi. Dan mohon maaf kepada beliau, saya terpaksa menebak jabatan kepemimpinan yang beliau maksud, yaitu presiden.

Semoga tidak berkorelasi dengan suksesi Pilpres 2024. Saya punya pertanyaan, siapa sajakah rakyat yang sulit dipahami hatinya oleh presiden dan termasuk juga anggota parlemen?

Rakyat mayoritas atau kelompok tertentu yang "alergi" kepemimpinan Jokowi? Bukankah JK yang pernah menjabat wakil presiden (dua kali) paham bahwa segala kebijakan yang diambil pemerintah mustahil memuaskan hati seluruh rakyat?

Atau lebih spesifiknya, apa hubungan aspirasi rakyat dengan keberadaan pemimpin karismatik sekelas Rizieq Shihab? Apakah maksudnya Rizieq Shihab itu cukup mumpuni dibanding Jokowi?

Andaikata JK berharap "meja rekonsiliasi" dipaksa terpasang (meskipun cukup aneh), tidak berarti HRS seenaknya beraksi (barangkali untuk cari perhatian) tanpa mengindahkan peraturan yang ada. Kegiatan berkerumun diciptakan dan baliho liar dipajang di mana-mana.

Lalu mengapa kisruh pencopotan baliho oleh TNI serta upaya pemerintah menegakkan aturan protokol kesehatan dikaitkan dengan urusan kepemimpinan (level nasional), padahal itu terjadi karena fakta menyajikan Anies sudah tak berdaya (tepatnya terbelenggu romantika masa lalu).

Setujukah JK jika Rizieq Shihab tampil di publik dengan cara apa pun demi menyaingi pengaruh pemerintah? Mengapa JK tidak memilah, yang mana urusan pribadi Rizieq Shihab, idealisme dirinya (misi JK di masa mendatang), dan mana pula penegakan aturan (demi kesehatan masyarakat dan wibawa pemerintah).

Cukup sampai di sini uraiannya. Seperti yang saya sampaikan di awal, membahasnya cukup rumit. Takut nanti kebanyakan spekulasi, walaupun berdasarkan pengalaman selama ini, apa yang saya tebak biasanya terealisasi di kemudian hari.

Mengakhiri tulisan ini, saya mau menyampaikan bahwa, bila JK punya ide, saran, atau apa pun namanya, sebaiknya disampaikan langsung kepada pemerintah (Presiden Jokowi), ketimbang dilempar ke publik.

Apalagi sekarang kelompok Rizieq Shihab memang tengah butuh sokongan suara dan peneguhan dari para tokoh yang berpotensi mengafirmasi pandangan mereka. Dan semoga semua ini tidak bermuara pada kepentingan politik besar di masa mendatang. Salam damai! ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun