Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menebak Makna "Kekosongan Pemimpin" oleh Jusuf Kalla

21 November 2020   16:55 Diperbarui: 21 November 2020   16:59 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertarik kata "kekosongan pemimpin" dan hubungannya dengan kisruh (buah) kedatangan Rizieq Shihab di Indonesia. Saya belum tahu JK memulai dari mana, sehingga keduanya dibuat menjadi saling terhubung.

Pusing kalau saya uraikan panjang lebar di sini. Begitu rumit. Bahkan, sampai sekarang saya masih belum paham benang merah antara kepergian Rizieq Shihab ke Arab Saudi (tinggal di sana selama 3 tahun) dan kedatangannya di Indonesia yang langsung teriak "rekonsiliasi" kepada pemerintah.

Setahu saya, Rizieq Shihab ke luar negeri usai Pilkada 2017, atas kemauan sendiri (dikabarkan untuk umroh), dan Presiden Joko Widodo selaku pemimpin republik ini tidak bermasalah dengannya.

Harusnya kalau Rizieq Shihab mau rekonsiliasi, orang yang diajak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bukan Jokowi. Ahok layak dirangkul karena bernasib sial kala itu. Kursi gubernur raib dan dirinya masuk penjara.

Kembali lagi, "kekosongan pemimpin". JK mendambakan pemimpin yang mau mendengar aspirasi. Dan mohon maaf kepada beliau, saya terpaksa menebak jabatan kepemimpinan yang beliau maksud, yaitu presiden.

Semoga tidak berkorelasi dengan suksesi Pilpres 2024. Saya punya pertanyaan, siapa sajakah rakyat yang sulit dipahami hatinya oleh presiden dan termasuk juga anggota parlemen?

Rakyat mayoritas atau kelompok tertentu yang "alergi" kepemimpinan Jokowi? Bukankah JK yang pernah menjabat wakil presiden (dua kali) paham bahwa segala kebijakan yang diambil pemerintah mustahil memuaskan hati seluruh rakyat?

Atau lebih spesifiknya, apa hubungan aspirasi rakyat dengan keberadaan pemimpin karismatik sekelas Rizieq Shihab? Apakah maksudnya Rizieq Shihab itu cukup mumpuni dibanding Jokowi?

Andaikata JK berharap "meja rekonsiliasi" dipaksa terpasang (meskipun cukup aneh), tidak berarti HRS seenaknya beraksi (barangkali untuk cari perhatian) tanpa mengindahkan peraturan yang ada. Kegiatan berkerumun diciptakan dan baliho liar dipajang di mana-mana.

Lalu mengapa kisruh pencopotan baliho oleh TNI serta upaya pemerintah menegakkan aturan protokol kesehatan dikaitkan dengan urusan kepemimpinan (level nasional), padahal itu terjadi karena fakta menyajikan Anies sudah tak berdaya (tepatnya terbelenggu romantika masa lalu).

Setujukah JK jika Rizieq Shihab tampil di publik dengan cara apa pun demi menyaingi pengaruh pemerintah? Mengapa JK tidak memilah, yang mana urusan pribadi Rizieq Shihab, idealisme dirinya (misi JK di masa mendatang), dan mana pula penegakan aturan (demi kesehatan masyarakat dan wibawa pemerintah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun