"Jika hari ini MA (Ma'ruf Amin) jadi Wapres dan ada di pemerintahan, sementara HRS dan kelompoknya ada di pihak oposisi rakyat, maka bukan berarti mereka tak (saling) kenal. Bukan berarti mereka bermusuhan," tutur ujang, Rabu (18/11/2020).
Maknanya bukan berarti Ma'ruf Amin harus "menyembah-nyembah" HRS supaya takluk. Tidak juga bermaksud mau membuka kesempatan terjadinya "barter kepentingan" (umpamanya soal penghentian proses kasus yang melibatkan HRS), melainkan upaya untuk menyadarkan HRS agar "hormat terhadap orang tua, tidak nakal di depan guru", serta berbesar hati menjaga citra Ma'ruf Amin (selaku Wapres) dan pemerintahan.
Sekali lagi, usulan saya tidak terarah pada terwujudnya "barter kepentingan". Wibawa Ma'ruf Amin, kepemimpinan Presiden Jokowi, kedudukan negara, dan kemaslahatan bangsa yang penting dipertahankan.
Mungkinkah Ma'ruf Amin memaksimalkan peranannya dengan cara memanfaatkan relasi baiknya dengan HRS demi kepentingan nasional? Semoga saja. Wujud peranan pun tergantung pertimbangan Ma'ruf Amin. Langkah apa yang dinilai efektif. Terima kasih.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H