Seperti diketahui publik, pada Februari 2020 lalu, Muhadjir juga pernah malah mengusulkan diterbitkannya fatwa tentang pernikahan antartingkat ekonomi kepada Menteri Agama Fachrul Razi.
"Apa yang terjadi? Orang miskin cari juga sesama miskin, akibatnya ya jadilah rumah tangga miskin baru, inilah problem di Indonesia. Yang miskin wajib cari yang kaya, yang kaya cari yang miskin," ujar Muhadjir di acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional di JIExpo Kemayoran (Rabu, 19 Februari 2020). Sila klik ini.
Betulkah ber-besanan-nya sesama keluarga miskin memicu kemunculan kemiskinan baru? Haruskah orang miskin menikahi orang kaya agar jumlah kemiskinan di Indonesia tidak bertambah?
Jawabannya, hanya Muhadjir dan Tuhanlah yang tahu. Semoga ada data dari hasil riset terpercaya akan klaim Muhadjir. Mungkin saja Muhadjir terinspirasi kisah pernikahan antara si tampan dan si buruk rupa.
Pernikahan antara si tampan dan si buruk rupa dibayangkan Muhadjir bisa menghasilkan generasi unggul (tampan atau cantik). Cuma satu hal yang dilupakan bahwa hasilnya bisa sebaliknya, generasi yang lebih buruk.
Mengapa Muhadjir terus mengulang usulan yang sama? Apakah betul hal itu bakal jadi salah satu materi bimbingan di kursus pranikah? Semoga saja tidak. Jika sampai terjadi, maka bisa dipastikan tidak akan ada yang mau ikut kursus.
Betapa tidak, peserta kursus wajib berpasangan, laki-laki dan perempuan. Apa yang terjadi bila salah seorang di antara mereka ditanyakan mengenai kondisi ekonomi keluarga (miskin atau kaya)? Apakah jika bernasib sama bakal diarahkan untuk mengurungkan niat menikah atau mencari calon pasangan lain?
Mestinya Muhadjir paham bahwa cinta tidak mengenal status. Cinta itu buta, kata pepatah demikian. Cintalah yang membentuk keluarga ideal, bukan uang atau harta benda.Â
Apa jadinya sebuah keluarga jika cuma dilandasi akan cinta materi? Alih-alih demi menghindari munculnya rumah tangga miskin, yang terjadi malah lebih buruk lagi.
Keluarga yang dibangun menjadi hancur berantarakan. Korbannya siapa? Ya, anak-anak. Perhatian dan pendidikan anak-anak terabaikan. Bukankah anak-anak yang lahir dari keluarga berantakan juga akan memunculkan kemiskinan baru?
Cinta sejati lebih baik ketimbang berlimpahnya materi. Uang dan harta benda tidak menjamin seseorang mampu melewati segala badai kehidupan pernikahan.
Pasangan yang betul-betul saling cinta tentu akan berusaha semaksimal mungkin agar keluarga yang dibangun menjadi sejahtera, walaupun terpaksa dimulai dari nol.