Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Muhadjir Effendy, Sertifikasi Pranikah, dan Nikah "Beda Nasib"

5 Agustus 2020   18:01 Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:56 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy | Gambar: KOMPAS.com/ Kristianto Purnomo

Adakah di antara Anda yang belum mengenal Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy? Seandainya ada, berikut informasi singkat tentang beliau. Beliau saat ini sedang menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK RI) untuk periode 2019-2024.

Sebelum memimpin Kemenko PMK RI, Muhadjir sempat juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2016-2019) menggantikan Anies Baswedan, serta pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama 3 (tiga) periode berturut-turut (2000-2016).

Itulah informasi singkat mengenai Muhadjir. Untuk mengetahui profil lengkap beliau, sila cari di berbagai sumber, atau klik tautan ini (Profil Muhadjir Effendy). Di sana akan Anda temukan informasi lebih lanjut tentang beliau.

Naik jabatan dari Mendikbud ke Menko PMK tentu sebuah capaian luar biasa bagi seorang Muhadjir. Jika sebelumnya hanya mengurusi satu kementerian (Kemendikbud), sekarang beliau harus mengarahkan dan mengoordinasi sebanyak 8 (delapan) kementerian.

Ada pun daftar kementerian yang harus diarahkan dan dikoordinasi oleh Muhadjir yakni Kementerian Agama; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Kesehatan; Kementerian Sosial; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Ditunjuknya Muhadjir menjadi Menko PMK merupakan wujud hak prerogatif dan hasil permenungan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Beliau mungkin dinilai masih pantas berada di kabinet pemerintahan dan cukup cakap untuk diberi tanggungjawab yang lebih besar.

Kesampingkan rekam jejaknya semasa di Kemendikbud. Sebagian dari Anda pasti mau mengingat kembali program Belajar Sehari Penuh di Sekolah yang sempat Muhadjir gagas. Tidak perlu ungkit hal itu. Program tersebut berhasil gagal karena batal diwujudkan. Fokus pada tanggungjawab beliau saat ini saja.

Program apa yang sudah dilakukan Muhadjir di Kemenko PMK setelah sekian bulan? Setidaknya ada 2 (dua) hal yang diperjuangkan beliau dan sedang menarik perhatian publik, yaitu program bimbingan pranikah dan pengentasan kemiskinan. Apakah saling berkaitan?

Baru beberapa hari dilantik sebagai Menko PMK, tepatnya pada November 2019, Muhadjir mewacanakan yang namanya sertifikasi pranikah. Ya, beliau menginisiasi semacam kursus selama 3 (tiga) bulan bagi pasangan calon suami-istri.

Lewat kursus kilat, pasangan calon suami-istri akan dibekali sejumlah pengetahuan, diberi sertifikat "layak nikah" (jika dinyatakan lulus) dan kemudian diharapkan mampu membangun rumah tangga ideal.

Kapan kursus yang sedianya dikolaborasikan bersama Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan tersebut diwujudkan? Belum ada kabar terbaru lagi tentang hal itu. Dulu direncanakan bakal dimulai tahun ini. Tapi entah mengapa, sudah mau akhir tahun malah menghilang bak ditelan bumi.

Baca: Siap-siap! Mulai 2020 Anda Harus Ikut Sertifikasi Supaya Bisa Menikah

Atau mungkin bukan bumi yang 'menelan', melainkan dihambat oleh pandemi Covid-19. Kita tahu bahwa semua daya yang dimiliki pemerintah diarahkan untuk mengatasi dampak pandemi.

Mari berpikir positif, tahun 2020 masih tersisa 4 (empat) bulan lagi. Seandainya pun tidak bisa dipaksakan dimulai tahun ini, barangkali sertifikasi pranikah mau digeser pelaksanaannya ke tahun depan.

Semoga saja tetap dilaksanakan. Jika tidak, maka nasibnya akan menjadi sama seperti program Belajar Sehari Penuh di Sekolah. Gagal dan tinggal kenangan. Penggagasnya juga sama, Muhadjir.

Di atas tadi ada pertanyaan: Apakah bimbingan atau kursus pranikah dan pengentasan kemiskinan saling berkaitan? Agaknya demikian. Sepertinya program pengentasan kemiskinan menjadi bagian dari "kurikulum" atau materi kursus pranikah.

Soalnya pada November 2019 lalu, Muhadjir pernah memperjelas bahwa, salah satu materi kursus pranikah adalah pengetahuan mengenai ketahanan ekonomi bagi pasangan calon suami-istri.

"Dalam bimbingan pranikah ini bukan hanya pembekalan dalam bidang kesehatan reproduksi, agama, ketahanan ekonomi keluarga tetapi juga penguatan ideologi Pancasila dalam keluarga," tutur Muhadjir (Selasa, 26 November 2019).

Baca: Bimbingan Pranikah, Menteri Muhadjir: Penguatan Ekonomi dan Pancasila

Pertanyaannya, dengan cara apa bimbingan ketahanan ekonomi keluarga disampaikan? Bukankah kursus pranikah belum jelas kapan dilaksanakan? Dan ternyata, meskipun kursus pranikah masih tertunda, Muhadjir sudah membocorkan salah satu materi bimbingan. Apa itu?

Belum terungkap apakah bakal tertuang betul dalam materi pembekalan kursus pranikah, Muhadjir diketahui telah 2 (dua) kali mengungkap sebuah "tips jitu" yang mesti dipertimbangkan oleh mereka yang hendak menikah. Pertama kali disampaikan pada Februari 2020, dan terakhir pada Agustus 2020.

Muhadjir berharap pernikahan tidak menjadi penyebab bertambahnya jumlah kemiskinan di Indonesia. Maka, menegaskan pernyataannya pada Februari 2020 lalu, kemarin (Selasa, 4 Agustus 2020), Muhadjir kembali meminta agar tidak terjadi pernikahan antara keluarga miskin.

Sesama keluarga miskin mestinya tidak ber-besanan. Itu harapan Muhadjir. Beliau menyebut jumlah rumah tangga miskin di Indonesia meningkat lantaran keluarga miskin menikah dengan keluarga miskin lain, sehingga memunculkan rumah tangga miskin baru.

"Sesama keluarga miskin besanan kemudian lahirlah keluarga miskin baru," kata Muhadjir di acara webinar yang digelar Kowani. Sila klik ini.

Seperti diketahui publik, pada Februari 2020 lalu, Muhadjir juga pernah malah mengusulkan diterbitkannya fatwa tentang pernikahan antartingkat ekonomi kepada Menteri Agama Fachrul Razi.

"Apa yang terjadi? Orang miskin cari juga sesama miskin, akibatnya ya jadilah rumah tangga miskin baru, inilah problem di Indonesia. Yang miskin wajib cari yang kaya, yang kaya cari yang miskin," ujar Muhadjir di acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional di JIExpo Kemayoran (Rabu, 19 Februari 2020). Sila klik ini.

Betulkah ber-besanan-nya sesama keluarga miskin memicu kemunculan kemiskinan baru? Haruskah orang miskin menikahi orang kaya agar jumlah kemiskinan di Indonesia tidak bertambah?

Jawabannya, hanya Muhadjir dan Tuhanlah yang tahu. Semoga ada data dari hasil riset terpercaya akan klaim Muhadjir. Mungkin saja Muhadjir terinspirasi kisah pernikahan antara si tampan dan si buruk rupa.

Pernikahan antara si tampan dan si buruk rupa dibayangkan Muhadjir bisa menghasilkan generasi unggul (tampan atau cantik). Cuma satu hal yang dilupakan bahwa hasilnya bisa sebaliknya, generasi yang lebih buruk.

Mengapa Muhadjir terus mengulang usulan yang sama? Apakah betul hal itu bakal jadi salah satu materi bimbingan di kursus pranikah? Semoga saja tidak. Jika sampai terjadi, maka bisa dipastikan tidak akan ada yang mau ikut kursus.

Betapa tidak, peserta kursus wajib berpasangan, laki-laki dan perempuan. Apa yang terjadi bila salah seorang di antara mereka ditanyakan mengenai kondisi ekonomi keluarga (miskin atau kaya)? Apakah jika bernasib sama bakal diarahkan untuk mengurungkan niat menikah atau mencari calon pasangan lain?

Mestinya Muhadjir paham bahwa cinta tidak mengenal status. Cinta itu buta, kata pepatah demikian. Cintalah yang membentuk keluarga ideal, bukan uang atau harta benda. 

Apa jadinya sebuah keluarga jika cuma dilandasi akan cinta materi? Alih-alih demi menghindari munculnya rumah tangga miskin, yang terjadi malah lebih buruk lagi.

Keluarga yang dibangun menjadi hancur berantarakan. Korbannya siapa? Ya, anak-anak. Perhatian dan pendidikan anak-anak terabaikan. Bukankah anak-anak yang lahir dari keluarga berantakan juga akan memunculkan kemiskinan baru?

Cinta sejati lebih baik ketimbang berlimpahnya materi. Uang dan harta benda tidak menjamin seseorang mampu melewati segala badai kehidupan pernikahan.

Pasangan yang betul-betul saling cinta tentu akan berusaha semaksimal mungkin agar keluarga yang dibangun menjadi sejahtera, walaupun terpaksa dimulai dari nol.

Jika kelak terlaksana, semoga materi kursus pranikah sungguh bermanfaat bagi calon pasangan suami-istri. Meneguhkan cinta. Bukan berisikan materi pengetahuan yang aneh-aneh.

Mudah-mudahan Muhadjir segera terbangun, terbebas dari mimpi buruknya, serta mengurungkan niat meminta Fachrul Razi menerbitkan fatwa. Atau mungkin beliau ingin sekali ber-besanan dengan keluarga miskin? Seandainya benar, betapa mulianya beliau.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun