Trump mendesak Inggris, Jerman, Perancis, Rusia dan termasuk China serta negara-negara lain untuk menarik diri dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau yang dikenal dengan kesepakatan nuklir Iran.
Tidak hanya itu, Trump juga meminta negara-negara tadi menjatuhkan sanksi terhadap Iran supaya semakin terisolasi. Tampaknya Trump berniat "menghajar" Iran dengan cara keroyokan.Â
Apakah upaya Trump berhenti sampai di situ? Tidak. Trump sedang menciptakan "perangkap" bagi Iran, yang penulis nilai dimanifestasikan dalam wujud provokasi lewat cuitan berbahasa Persia. Berikut cuitan Trump di Twitter yang ditulis hari ini, Minggu (12/1):
"Kepada orang-orang Iran yang pemberani dan menderita: Saya telah mendukung Anda sejak awal kepresidenan saya dan pemerintah saya akan terus mendukung Anda. Kami mengikuti protes Anda dengan cermat. Keberanianmu menginspirasi," demikian bunyi cuitan Trump. Lihat gambar di bagian atas artikel.
Trump tengah memanfaatkan kemarahan dunia internasional, khususnya warga Iran. Perlu diingat, warga Iran ikut marah atas peristiwa penembakan pesawat komersial milik Ukraina. Sekali lagi, korban tewas juga adalah warga Iran.
Ribuan warga Iran (kebanyakan mahasiswa) yang sebelumnya mengutuk serangan AS yang menewaskan Soleimani, kini malah berbalik arah dan melakukan demonstrasi menentang pemimpin tertinggi mereka, Ayatollah Ali Khamenei. Mereka menuntut Khamenei dihukum mati karena dianggap diktator.
Apakah Trump sedang "mengadu domba" warga Iran dengan pemerintah mereka? Bisa ditangkap demikian. Pemerintah Iran dibuat Trump berada di posisi sulit, yang akhirnya sibuk mengurus warganya sendiri. Semacam "devide et impera". Pernyataan Pentagon beberapa waktu lalu yang mengaku tidak punya misi mencampuri urusan politik dalam negeri Iran, rasanya susah diyakini.
Tidak puas melibatkan negara-negara Eropa serta "membenturkan" warga Iran, lewat cuitan tambahan berikut, Trump kelihatan ingin memojokkan pemerintah Iran, dengan minta campur tangan para pegiat hak asasi manusia (HAM) untuk mengikuti kondisi sosial (termasuk politik) di Iran.
"Pemerintah Iran harus mengizinkan kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk memantau dan melaporkan fakta-fakta dari lapangan mengenai protes yang sedang berlangsung oleh rakyat Iran. Tidak akan ada lagi pembantaian demonstran damai, atau penghentian internet. Dunia menyaksikan," bunyi cuitan tambahan Trump.
Sadarkah Iran atas manuver Trump? Semoga saja. Iran harus mampu membaca segala langkah Trump, sekecil apa pun. Iran mesti bertindak ekstra hati-hati supaya tidak terjebak pada masalah yang semakin serius.
Sambil menyusun strategi menangkal manuver Trump, tindakan sementara yang penting dilakukan Iran yaitu memenuhi hak-hak para korban pesawat dan keluarga mereka. Tidak boleh berhenti pada ucapan belasungkawa, permintaan maaf, dan janji pengusutan kasus.