Presiden Joko Widodo yang sedianya sibuk mengurusi banyak hal, perhatiannya teralihkan memikirkan bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Pulau Jawa belakangan ini.
Wilayah terdampak banjir besar antara lain DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Lebak. Akibat banjir, puluhan orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan ribu orang lainnya mengungsi (diungsikan) ke lokasi yang lebih aman.
Sebagai wujud kepedulian dan aksi tanggapnya, Presiden Jokowi memerintahkan jajarannya di kementerian dan lembaga untuk terjun ke lokasi banjir mengevakuasi korban dan membagikan barang-barang yang dibutuhkan.
Tidak hanya itu, Presiden J0kowi juga meminta jajarannya membantu para kepala daerah yang juga gigih menangani dampak banjir. Dan salah satu wilayah yang amat membutuhkan bantuan itu adalah DKI Jakarta.
Saking pedulinya (kalau tidak mau disebut geregetan) terhadap DKI Jakarta, selain mengutus Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Kepala BNPP Doni Monardo agar berkolaborasi dengan Gubernur Anies Baswedan untuk menangani serta menemukan solusi jitu menangani banjir, Presiden Jokowi sampai ikut turun ke lokasi.
Bukan mengunjungi para korban banjir karena sudah banyak pihak yang ke sana, Presiden Jokowi memilih pergi ke Waduk Pluit sendirian ditemani beberapa anggota Paspampres, kemarin, Jumat (3/1/2020).
Perlu diketahui waduk yang saat ini jadi sarana untuk meminimalisir banjir tersebut merupakan buah karya Presiden Jokowi bersama mantan wakilnya (sekaligus mantan gubernur) Basuki Tjahaja Purnama, pada 2013 lalu.
Di Waduk Pluit, sembari memperhatikan kondisi sekitar, Presiden Jokowi menyempatkan diri bertanya kepada operator pompa waduk untuk memastikan apakah alat-alat yang tersedia di sana berfungsi dengan baik atau tidak. Dan ternyata beliau diberitahu kalau masih berfungsi.
Mengapa Presiden Jokowi turun ke lapangan? Mengapa memilih Waduk Pluit? Pesan atau makna apa yang tersirat di baliknya? Meskipun yang paling tahu adalah beliau sendiri, karena memang apa pun yang dilakukannya pasti penuh simbol, tidak salah bila sedikit menebak, seperti uraian berikut:
Pertama, seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa Presiden Jokowi sebenarnya geregetan atas terjadinya banjir besar (terutama di DKI Jakarta), padahal hal sudah lama terantisipasi sejak 2013 lalu. Ya, meskipun pernah juga terjadi pada 2017, tetapi tidak sebesar sekarang ini.
Presiden mau memberi pesan bahwa untuk mengendalikan banjir harus dengan aksi nyata, bukan sebatas kata-kata. Apalagi sampai memperdebatkan dua istilah, normalisasi atau naturalisasi. Persis apa yang dikeluhkan Basuki Hadimuljono kepada Anies, istilah apa pun boleh dipakai, yang penting dikerjakan.
Kedua, Presiden Jokowi ingin menunjukkan pesan tegas kepada Anies untuk mengantisipasi bencana banjir jauh-jauh hari, bukan di saat sudah terjadi baru kemudian grasak-grusuk.
Apalagi sampai masih sempat-sempatnya berdebat dengan Basuki Hadimuljono soal penyebab utama banjir dan juga mengatakan bahwa antisipasi banjir cukup dilakukan oleh masing-masing lurah karena menganggap DKI Jakarta tidak begitu luas.
Ketiga, memilih turun ke lapangan dan mengambil Waduk Pluit sebagai simbol pesan, Presiden Jokowi mau memastikan kembali kepada warga DKI Jakarta bahwa niatnya untuk menanggulangi banjir (sesuai janji kampanye saat Pilpres 2014) tetap diperjuangkannya.
Cuma, dalam mewujudkan janji "menanggulangi banjir dari Medan Merdeka Utara", Presiden Jokowi butuh partner yang bersedia diajak diskusi, bekerjasama, tidak menghindari tanggungjawab dengan berbagai macam alasan, dan seterusnya.
Intinya Presiden Jokowi tetap ingat dengan janji-janjinya membantu DKI Jakarta. Buktinya, dalam keadaan sibuk pun, beliau berkenan (meski terpaksa) merangkap tugas sebagai "wakil gubernur sementara", sembari menunggu kapan penunjukkan dan pelantikan wakil gubernur definitif.
Apa pun itu, upaya penanggulangan banjir, membantu para korban, dan mencari solusi berikutnya yang utama. Tidak perlu lagi memperdebatkan siapa yang paling berjasa dan siapa yang tidak. Semoga perhatian orang-orang berbaik hati terbagi juga kepada para korban di wilayah lain.
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H