Fadli mempersoalkan pengalaman Ahok di bidang pertambangan minyak, sementara Rizal terus mengungkit status Ahok yang pernah tersandung kasus penodaan agama.Â
Bahwa Ahok belum punya pengalaman di bidang pertambangan minyak, betul. Namun perlu diketahui, dia punya pengalaman sebagai pengusaha di bidang tambang timah di Belitung. Kemudian dia juga seorang birokrat andal, mantan bupati, anggota DPR RI dan Gubernur DKI Jakarta.
Belum lagi pertimbangannya adalah posisi yang diemban Ahok tidak bersentuhan langsung dengan soal operasional lapangan, melainkan pada urusan manajemen puncak perusahaan, yang memastikan jajaran direksi bekerja sesuai SOP dan undang-undang yang berlaku.
Kemudian mengenai statusnya yang sempat terkena kasus, menurut Menko Polhukam Mahfud MD tidak masalah. Ahok sudah menjalankan hukuman dengan masa maksimal, hampir dua tahun.
Bagi Mahfud aksi pro dan kontra merupakan hal biasa dalam proses suksesi kepemimpinan, karena jangankan posisi pimpinan tertinggi di perusahaan negara, pemilihan ketua RT saja tidak luput dari penolakan.
"Ahok di Pertamina ya tidak apa-apa. Kalau saya bicara secara hukum, ya tidak ada masalah hukum. BUMN itu kan bukan jabatan politik, itu badan hukum perdata. Nah, kalau orang setuju tidak setuju, itu biasa saja. Orang jadi ketua RT saja, ada yang setuju ada yang tidak setuju," tutur Mahfud (23/11).
Maka dari itu, alangkah baiknya jika Fadli dan Rizal belajar dari kebesaran hati Andre Rosiade (politisi Partai Gerindra, teman sejawat Fadli) dan Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) yang tidak lagi mempersoalkan "noda" yang pernah mencemari pribadi Ahok.
Andre meminta Ahok ke depan lebih mampu mengendalikan diri lagi, terutama dalam menjaga lisan atau tutur kata. Senada dengan itu, Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212, Awit Masyhuri berpesan agar Ahok tidak lagi menyinggung agama ketika melaksanakan tugas dan bekerja.
"Tidak masalah, yang penting jangan singgung agama lagi. Iya. Itu kan urusan jabatan di BUMN. Kami tidak ada urusan ke sana," kata Awit (23/11).
Kesimpulannya, pesan kepada Ahok, setelah menjalani hukuman sembari melakukan refleksi dan olah diri, ketika memulai karya di Pertamina mestinya diawali dari nol. Semua hal buruk wajib ditanggalkan untuk ditinggalkan. Saatnya menyongsong lembaran baru.
Entah berhubungan dengan hukum semesta atau tidak, masuknya Ahok ke tubuh Pertamina kiranya semacam kode bahwa Ahok memang harus memulai dari nol, persis dengan slogan yang sering diucapkan petugas SPBU (milik Pertamina) tiap kali mengisi BBM di kendaraan para pelanggaan, "mulai dari nol ya, pak/bu!".