Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kita yang Merasa "Lebih Gibran" daripada Gibran dan "Lebih PDIP" dibanding PDIP

30 Oktober 2019   04:08 Diperbarui: 30 Oktober 2019   05:01 2723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka saat tiba di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019) | Gambar: KOMPAS.com

Siapa yang tidak kenal Gibran? Selain merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), pria bernama lengkap Gibran Rakabuming Raka itu juga seorang pengusaha sukses di bidang kuliner.

Dua usaha katering yang didirikannya yaitu Chilli Pari (2010) dan Markobar (2014) sudah dikenal luas oleh masyarakat. Berkat kepiawaiannya, kakak dari Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep ini dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.

Selain itu, suami dari mantan Putri Solo, Selvi Ananda dan ayah dari Jan Ethes Srinarendra (yang sebentar lagi punya adik) tersebut telah mendirikan "House of Knowledge" yang berfungsi untuk melatih karyawan-karyawan lepas Chilli Pari terutama dalam berbahasa Inggris.

Kemudian, pada 9 Juni 2018 lalu, pria kelahiran Solo, 1 Oktober 1987 (usia 32 tahun) itu turut mendirikan sebuah aplikasi bernama Kerjaholic, yang berfungsi untuk menghubungkan para pencari kerja dengan pihak-pihak yang sedang mencari pekerja lepas dan paruh waktu.

Bisnis lain yang tengah dikembangkan bakal calon Wali Kota Solo di Pilkada 2020 di atas yakni #TugasNegaraBos (penjualan produk jas hujan dengan slogan Jas Hujan Anak Muda), iColour (jasa perbaikan Apple), dan Mangkok Ku (usaha kuliner hasil kolaborasi dengan Kaesang, Chef Arnold Poernomo, dan Randy Julius).

Gibran yang Terlatih Mandiri

Melihat kegigihannya dalam mengembangkan bisnis, dapat dikatakan bahwa Gibran memang sosok mandiri. Tampak dari sikapnya yang tidak mau mengandalkan warisan usaha mebel dari sang ayah, tetapi merintis sendiri bisnis pribadi sesuai bakat dan minatnya mulai dari nol.

Termasuk pula Gibran yang enggan memanfaatkan posisi penting ayahnya supaya berkesempatan mendapatkan proyek-proyek besar yang dikelola negara. Padahal kalau dia mau, hal itu bisa saja dilakukan, dengan cara apa pun. Tapi faktanya tidak.

Prinsip hidup mandiri yang tertanam di hati Gibran tentu tidak terlepas dari pola asuh kedua orang tuanya (Presiden Jokowi dan Ibu Iriana). Maka tidak heran bila sang adik, Kaesang berlaku sama, yaitu merintis bisnis sendiri.

Kisah lain yang membentuk kepribadian mandiri Gibran adalah ketika memutuskan untuk melanjutkan level SMA di Singapura. Pendidikan SD dan SMP diselesaikannya di tanah kelahiran, Kota Solo.

Pada 2002, Gibran mulai mengenyam pendidikan di Orchid Park Secondary School, Singapura. Masih di negara yang sama, dia meneruskan pendidikan di Management Development Institute of Singapore (MDIS).

Usai dari MDIS, Gibran pindah negara dan kembali melanjutkan di University of Technology Insearch, Sydney, Australia hingga lulus pada 2010. Kalau dihitung sejak dari Singapura, dia genap 8 tahun mengenyam pendidikan di luar negeri.

Gibran yang Memutuskan Masuk Politik dan Maju di Pilkada Solo 2020

Kurang lebih sekitar 11 bulan lagi, tepatnya pada 23 September 2020, akan ada perhelatan Pilkada 2020 yang berlangsung serentak di 270 daerah di Indonesia. Rinciannya yakni 9 pemilihan gubernur/ wakil gubernur, 224 pemilihan bupati/ wakil bupati, dan 37 pemilihan wali kota/ wakil wali kota.

Salah satu dari ratusan daerah di atas adalah Kota Solo. Artinya kota yang terkenal dengan produk batik itu bakal punya pemimpin baru, wali kota dan wakil wali kota.

Dan yang cukup mengagetkan publik terkait Pilkada 2020 di Solo yaitu salah seorang bakal calon wali kotanya bernama Gibran. Ya, putra sulung Presiden Jokowi. Siapa sosok yang akan mendampinginya sebagai wakil, belum ada informasi tentang itu.

Proses penjajakan politik sedang berlangsung di internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Seperti yang sudah diketahui, Gibran resmi menjadi kader PDIP sejak 23 September 2019 dan telah memperoleh Kartu Tanda Anggota (KTA). 

Dan meskipun berstatus kader, ternyata "pintu" DPC PDIP Surakarta (Solo) tidak terbuka lagi bagi Gibran, sebab sudah kian ada pasangan yang siap diusung yaitu Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa.

Saat ini Achmad Purnomo menjabat sebagai Wakil Wali Kota Solo, sementara Teguh Prakoso menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Solo. Bukan cuma itu, kedua-duanya juga merupakan kader PDIP. Achmad menjadi kader selama 8 tahun, sementara Teguh sudah lebih dari 25 tahun.  Dan Teguh sendiri adalah Sekretaris DPC PDIP Solo.

Sepertinya Gibran sangat berani, usia status kadernya yang belum 'seumur jagung' tidak membuatnya mengurungkan niat. Dia ingin sekali menguji kemampuan dan kesungguhan hatinya dengan mencoba 'menantang' kedua seniornya itu. Senior dari segi usia, pengalaman dan jabatan (baik di partai maupun di pemerintahan).

Nasihat dari FX Hadi Rudyatmo yang merupakan Wali Kota Solo sekaligus Ketua DPC PDIP Solo untuk terlebih dahulu memperdalam pengetahuan politik serta mengasah kapasitas dalam memimpin ternyata tetap 'tidak dihiraukan' Gibran.

Gibran malah memutuskan bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada 24 Oktober 2019 di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Gibran Rakabuming Raka saat tiba di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019) | Gambar: KOMPAS.com
Gibran Rakabuming Raka saat tiba di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019) | Gambar: KOMPAS.com
Selepas bertemu Mega, Gibran memastikan tidak akan maju menjadi calon Wali Kota Solo dari jalur independen, meskipun pencalonannya melalui DPC PDIP Solo terhambat. Dia menegaskan akan berjuang dalam kontestasi melalui PDIP.

"Saya sampaikan keseriusan saya untuk maju (Pilkada Solo). Saya sampaikan juga ke Bu Mega, saya sudah punya KTA PDI-P (kartu tanda anggota PDIP) dan saya tidak akan maju lewat independen seperti yang dikatakan di Solo kemarin. Itu tidak benar," kata Gibran.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristyanto turut menegaskan, peluang Gibran untuk maju di Pilkada Solo 2020 masih terbuka. Pendaftaran peserta tidak hanya lewat DPC, tetapi bisa langsung ke DPD atau DPP.

"Masih terbuka. Sejak awal kami tegaskan bahwa ada tiga pintu, DPC, DPD, dan DPP (untuk jadi calon Wali Kota Solo). Kami juga sudah jelaskan hal ini ketika Gibran bertemu Bu Megawati bahwa masih bisa mendaftar di pintu DPD maupun DPP," tegas Hasto (28/10).

Lalu apa tanggapan DPC PDIP Solo terhadap aksi Gibran yang langsung ke kantor DPP PDIP di Jakarta? Mewakili dirinya (sebagai calon wali kota) dan kader PDIP, Achmad menyatakan bahwa sikapnya tegak lurus dengan keputusan partai.

"Saya 'kan kader, petugas partai, yang menilai kinerja saya pimpinan, bukan saya sendiri. Apa pun itu saya siap melaksanakan apa yang diputuskan oleh partai. Nanti DPP mungkin ada calon lain. Semua pasti lewat proses, mungkin nanti akan ada seleksi. Kalau keputusan partai jatuh pada Mas Gibran, ya, kami dukung Mas Gibran. Kalau jatuh kepada saya, ya, saya akan melaksanakan," ujar Achmad (29/10).

Sebagai calon 'rival' Gibran, seharusnya Achmad mengutarakan keberatannya, akan tetapi faktanya tidak. Dia malah memilih bertindak bijak dengan menghargai hasil kebijakan partai. Terlepas dia juga berusia jauh di atas Gibran.

Apakah tindakan bijak tersebut diambil Achmad karena tidak ingin 'berbenturan' dengan putra Presiden Jokowi itu? Tentu tidak. Sudah jadi tradisi bahwa para kader PDIP berstatus sebagai "petugas partai" yang wajib patuh pada keputusan pimpinan (pusat).

Motivasi Gibran dan Sikap Kita

Diakui atau tidak, sangat mungkin yang menjadi penyebab munculnya motivasi Gibran masuk politik lalu kemudian mendaftarkan diri sebagai bakal calon Wali Kota Solo adalah karena adanya hasil survei yang dirilis oleh Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta pada Juli 2019 lalu.

Unisri merilis hasil survei calon Wali Kota Solo periode 2020-2025  yang didasarkan pada tiga hal, antara lain popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas tokoh. Hasilnya, ada 4 nama yang dinilai berpotensi memimpin Kota Solo, antara lain Achmad Purnomo, Teguh Prakoso, Gibran dan Kaesang. Selebihnya sila baca di sini.

Sekali lagi, benar tidaknya hasil survei Unisri yang menjadi pemantik motivasi Gibran, hanya Gibran sendiri yang paling tahu. Setidaknya sejak Unisri merilis hasil surveinya, keinginan Gibran masuk politik mulai terbentuk dan terlihat.

Gibran sudah resmi masuk politik, menjadi kader PDIP, dan sekarang tengah berjuang mendapatkan tiket di Pilkada Solo 2020. Baik Achmad Purnomo (calon rival Gibran) maupun internal PDIP tidak mempersoalkan pencalonan Gibran.

Apa sikap kita yang notabene bukan pribadi Gibran dan bagian dari PDIP? Mengapa ada sebagian dari kita yang seolah "lebih Gibran" daripada Gibran dan "lebih PDIP" dibanding PDIP?

Mengapa pula ada ramalan yang terlalu jauh bahwa jika Gibran terpilih jadi wali kota Solo akan merusak citra Presiden Jokowi? Apa hubungannya status Gibran sebagai wali kota dengan Presiden Jokowi yang memimpin negara?

Apakah maksudnya Presiden Jokowi akan lebih mengistimewakan (memperhatikan) Kota Solo bila anaknya yang jadi wali kota? Atau mungkin dikaitkan dengan potensi "dinasti politik"?

Tampaknya tidak kedua-duanya. Sampai sekarang Presiden Jokowi tidak punya "anak emas" selain Papua. Dan hal itu patut dimaklumi, saudara-saudari kita di sana memang amat butuh perhatian lebih.

Soal potensi "dinasti politik", hubungan Gibran dengan Presiden Jokowi tidak lebih buruk daripada yang tertulis pada artikel berikut yang berjudul "Suami Jabat Bupati dan Istri Jabat Ketua DPRD, Konflik Kepentingan Sulit Terhindarkan". Sila klik judul artikelnya supaya isinya terpampang jelas.

Atau yang lain lagi, Gibran sedang memanfaatkan popularitas Presiden Jokowi yang diistilahkan "Jokowi's Effect", apa masalahnya? Siapa pun di antara kita yang berniat sama dengan Gibran dan kebetulan punya orang tua selevel pejabat negara, tentu kita tidak akan menyia-nyiakan "modal gratis" itu?

Justru Gibran bakal memiliki mentor terbaik jika betul dia jadi Wali Kota Solo, yakni ayahnya sendiri, Presiden Jokowi. Dan anak yang baik tidak mungkin merusak citra ayahnya, misalnya tersangkut perbuatan kriminal, korupsi dan tindak pidana sejenis.

Hal berikutnya, mungkin Gibran dianggap belum cukup matang menjadi pemimpin karena usianya baru 32 tahun. Bagaimana dengan sikap mandiri, tingkat pendidikan, dan pengalaman memimpinnya di perusahaannya, bukankah itu bisa jadi modal?

Kesampingkan bahwa Gibran sebenarnya punya mentor, seorang presiden. Bagaimana kita tidak menilai Nadiem Makarim/ usia 35 tahun (Mendikbud), Angela Herliani Tanoesoedibjo/ usia 32 tahun (Wamen Parekraf) dan Hillary Brigitta Lasut/ usia 23 tahun (Anggota DPR RI) sama dengan Gibran?

Bukankah ketiga orang itu (Nadiem, Angela dan Hillary) sekarang sedang menduduki jabatan level nasional, jauh di atas jabatan yang ingin dibidik Gibran yaitu posisi Wali Kota Solo? Rasanya tidak fair jika keraguan atas kemampuan (kapasitas) hanya dialamatkan kepada Gibran.

Oleh sebab itu, sikap atau tindakan terbaik yang mestinya kita ambil adalah memberi kesempatan kepada Gibran untuk mencoba "menapak ulang" jejak ayahnya di Kota Solo. Siapa tahu dia berhasil, itulah doa dan harapan, yang pada hakekatnya tidak mengandung hal buruk.

Menjadi pemimpin memang harus terjun langsung, dan itulah yang dilakukan Gibran saat ini, sesuatu yang layak didukung dan diteladani oleh generasi muda. Keinginan belajar memimpin bukan berarti meremehkan kemampuan generasi tua. 

Mau belajar memimpin, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Maka, apakah Gibran betul akan dicalonkan oleh PDIP sebagai calon Wali Kota Solo? Mari kita tunggu keputusan PDIP dan bukti kesungguhan hati Gibran.

***

Referensi: [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun