Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kita yang Merasa "Lebih Gibran" daripada Gibran dan "Lebih PDIP" dibanding PDIP

30 Oktober 2019   04:08 Diperbarui: 30 Oktober 2019   05:01 2723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka saat tiba di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019) | Gambar: KOMPAS.com

Gibran Rakabuming Raka saat tiba di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019) | Gambar: KOMPAS.com
Gibran Rakabuming Raka saat tiba di kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019) | Gambar: KOMPAS.com
Selepas bertemu Mega, Gibran memastikan tidak akan maju menjadi calon Wali Kota Solo dari jalur independen, meskipun pencalonannya melalui DPC PDIP Solo terhambat. Dia menegaskan akan berjuang dalam kontestasi melalui PDIP.

"Saya sampaikan keseriusan saya untuk maju (Pilkada Solo). Saya sampaikan juga ke Bu Mega, saya sudah punya KTA PDI-P (kartu tanda anggota PDIP) dan saya tidak akan maju lewat independen seperti yang dikatakan di Solo kemarin. Itu tidak benar," kata Gibran.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristyanto turut menegaskan, peluang Gibran untuk maju di Pilkada Solo 2020 masih terbuka. Pendaftaran peserta tidak hanya lewat DPC, tetapi bisa langsung ke DPD atau DPP.

"Masih terbuka. Sejak awal kami tegaskan bahwa ada tiga pintu, DPC, DPD, dan DPP (untuk jadi calon Wali Kota Solo). Kami juga sudah jelaskan hal ini ketika Gibran bertemu Bu Megawati bahwa masih bisa mendaftar di pintu DPD maupun DPP," tegas Hasto (28/10).

Lalu apa tanggapan DPC PDIP Solo terhadap aksi Gibran yang langsung ke kantor DPP PDIP di Jakarta? Mewakili dirinya (sebagai calon wali kota) dan kader PDIP, Achmad menyatakan bahwa sikapnya tegak lurus dengan keputusan partai.

"Saya 'kan kader, petugas partai, yang menilai kinerja saya pimpinan, bukan saya sendiri. Apa pun itu saya siap melaksanakan apa yang diputuskan oleh partai. Nanti DPP mungkin ada calon lain. Semua pasti lewat proses, mungkin nanti akan ada seleksi. Kalau keputusan partai jatuh pada Mas Gibran, ya, kami dukung Mas Gibran. Kalau jatuh kepada saya, ya, saya akan melaksanakan," ujar Achmad (29/10).

Sebagai calon 'rival' Gibran, seharusnya Achmad mengutarakan keberatannya, akan tetapi faktanya tidak. Dia malah memilih bertindak bijak dengan menghargai hasil kebijakan partai. Terlepas dia juga berusia jauh di atas Gibran.

Apakah tindakan bijak tersebut diambil Achmad karena tidak ingin 'berbenturan' dengan putra Presiden Jokowi itu? Tentu tidak. Sudah jadi tradisi bahwa para kader PDIP berstatus sebagai "petugas partai" yang wajib patuh pada keputusan pimpinan (pusat).

Motivasi Gibran dan Sikap Kita

Diakui atau tidak, sangat mungkin yang menjadi penyebab munculnya motivasi Gibran masuk politik lalu kemudian mendaftarkan diri sebagai bakal calon Wali Kota Solo adalah karena adanya hasil survei yang dirilis oleh Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta pada Juli 2019 lalu.

Unisri merilis hasil survei calon Wali Kota Solo periode 2020-2025  yang didasarkan pada tiga hal, antara lain popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas tokoh. Hasilnya, ada 4 nama yang dinilai berpotensi memimpin Kota Solo, antara lain Achmad Purnomo, Teguh Prakoso, Gibran dan Kaesang. Selebihnya sila baca di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun