Harus dipahami bahwa tidak semua yang dipanggil untuk wawancara ke istana oleh Presiden Joko Widodo selalu terkait tawaran jadi menteri. Pengertian "pembantu presiden" tidak boleh disempitkan hanya untuk jabatan menteri atau wakil menteri. Ada banyak posisi jabatan lain, yang juga ujung-ujungnya bertugas untuk membantu presiden demi kelancaran program dan roda pemerintahan.
Misalnya saja Fadjroel Rachman yang ikut dipanggil pada Senin, 21 Oktober 2019, ternyata bukan diposisikan menjadi menteri, tetapi sebagai Staf Khusus Bidang Komunikasi sekaligus Juru Bicara Presiden.
Didampingi oleh Deputi Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Fadjroel mengaku telah resmi menerima jabatan barunya berdasarkan Surat Keputusan Presiden, terhitung sejak 21 Oktober 2019. Artinya, Fadjroel sudah sah masuk lingkaran istana.
"Saya perkenalkan Pak Fadjroel menjadi staf khusus presiden bidang komunikasi sekaligus juru bicara presiden," kata Bey memperkenalkan Fadjroel, Selasa, 22 Oktober 2019.
Melihat tugas baru Fadjroel, berarti dua jabatan dilebur menjadi satu, yang mana sebelumnya Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi dijabat oleh Eko Sulistyo, sementara Juru Bicara Presiden dipegang oleh Johan Budi Sapto Pribowo.
Lalu siapakah Fadjroel Rachman? Berikut profil singkatnya:
Pria bernama lengkap Mochammad Fadjroel Rachmad tersebut lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 17 Januari 1964 (umur 55 tahun). Pendidikan sekolah dasar hingga menengah ditempuh di tanah kelahirannya, selanjutnya memutuskan merantau ke Pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.
Fadjroel mengenyam pendidikan S-1 Jurusan Kimia di Institut Pertanian Bogor (IPB), serta S-2 dan S-3 Bidang Manajemen Keuangan dan Moneter di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Saat ini Fadjroel tengah menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Adhi Karya (Tbk), perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi. Sembari menjalankan tugas komisaris, dia juga aktif sebagai peneliti, penulis dan pengamat politik.
Khusus kegiatan sebagai penulis, Fadjroel sudah menghasilkan banyak karya, antara lain berjudul Menggugat Indonesia: Republik Tanpa Publik; Democracy without The Democrats: On Freedom, Democracy and The Welfare State; Demokrasi tanpa Kaum Demokrat; dan May Revolution and Mass Media.
Selanjutnya, Antologi puisi Catatan Bawah Tanah; Antologi puisi Dongeng untuk Poppy; Antologi Puisi Sejarah Lari Tergesa; Bulan Jingga Dalam Kepala; Indonesianisasi Saham Penanaman Modal Asing: Studi Tentang PT Freeport Indonesia; Pesta Sastra Indonesia; dan Lingkar Sokrates dan Aku Ratu Kemalasari.
