Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demi Cinta kepada Istri, Habibie Jadi Presiden Pertama yang Dimakamkan di TMP Kalibata

12 September 2019   20:22 Diperbarui: 12 September 2019   20:45 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almarhum BJ Habibie dan Almarhumah Ainun | Gambar: KOMPAS.com

Presiden ke-3 Republik Indonesia (21 Mei 1998-20 Oktober 1999), Bacharuddin Jusuf Habibie (B. J. Habibie) telah tiada. Beliau meninggalkan dunia yang fana ini kemarin sore, Rabu, 11 September 2019 sekitar pukul 18.05 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta pada usia 83 tahun (25 Juni 1936-11 September 2019).

Mantan wakil presiden ke-7 (11 Maret 1998-21 Mei 1998) sekaligus mantan Menteri Riset dan Teknologi dua dekade (29 Maret 1978-11 Maret 1998) tersebut meninggal dunia karena faktor usia dan kondisi kesehatan yang kian menurun.

Sejumlah mahakarya telah diukir sosok yang pantas disebut Bapak Teknologi Indonesia itu bagi bangsa dan dunia. Kalau dirinci satu per satu, kiranya lembaran artikel ini tidak cukup untuk menuliskannya.

Dua di antara dari sekian mahakarya ayah dua orang putra (Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie) tersebut yakni Teori of Habibie (Teori Crack Propagation) dan Pesawat Buatan Indonesia Pertama N250 Gatot Kaca. 

Teori Crack Propagation menjadi solusi dalam menjawab retaknya bagian sayap dan badan pesawat saat mengalami guncangan selama take off dan landing.

Teorinya telah dipakai industri penerbangan di seluruh dunia, karena berhasil meningkatkan standar keamanan pesawat. Sehingga almarhum semasa hidup dijuluki sebagai "Mr. Crack".

Selanjutnya pada 1995, almarhum juga sukses memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca, produk pesawat Indonesia yang pertama, yang didesain sedemikian rupa sehingga berhasil terbang melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan.

Selain N250 Gatot Kaca, almarhum juga mendesain dan menghitung proyek pembuatan pesawat terbang misalnya Vertical Take Off and Landing (VTOL) pesawat angkut DO-31, pesawat angkut militer TRANSALL C-130, Hansa Jet 320 (eksekutif), Airbus A-300 dan CN-135 serta secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam mendesain Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA) dan beberapa proyek rudal dan satelit.

Tidak hanya jejak karya, jasa dan pengabdiannya di dunia, satu hal bersejarah lain yang diputuskan almarhum adalah bersedia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Almarhum memang pernah meminta untuk dimakamkan di sana, di samping pusara mendiang sang isteri Ainun Habibie (meninggal dunia pada 22 Mei 2010).

Almarhum BJ Habibie dan Almarhumah Ainun | Gambar: KOMPAS.com
Almarhum BJ Habibie dan Almarhumah Ainun | Gambar: KOMPAS.com
Ya, almarhum merupakan presiden pertama Indonesia yang bermakam di TMP Kalibata, sementara presiden-presiden yang meninggal dunia sebelumnya tidak.

Sebelumnya ada tiga presiden yang sudah mendahului almarhum berpulang ke pangkuan Sang Khalik, yaitu Soekarno (presiden pertama), Soeharto (presiden kedua) dan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (presiden keempat).

Soekarno yang meninggal dunia pada 21 Juni 1970 dimakamkan di Blitar (Jawa Timur), Soeharto yang meninggal dunia pada 27 Januari 2008 dimakamkan di Astana Giribangun di Karanganyar (Jawa Tengah), sedangkan Gus Dur yang meninggal dunia pada 30 Desember 2009 dimakamkan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang (Jawa Timur).

'Ngototnya' almarhum supaya dimakamkan di TMP Kalibata bukan tak berdasar. Alasannya karena tidak ingin jauh dari isteri yang sangat dicintainya, Ainun.

Ainun diputuskan dimakamkan di TMP Kalibata karena semasa hidup pernah mendapat tiga Bintang Mahaputera: Bintang Mahaputra Adipurna (28 Mei 1998), Bintang Mahaputera Utama (12 Agustus 1982), dan Bintang Mahaputra Adipradana (6 Agustus 1998).

Ketika negara meminta agar Ainun dimakamkan di TMP Kalibata, almarhum bersedia asalkan suatu saat bila meninggal dunia, beliau dimakamkan juga di sana.

"Saya buat persyaratan, tidak mau istri saya dimakamkan di TMP Kalibata kalau saya tidak di sebelahnya. Kalau tidak, tidak usah. Saya tahu dia (Ainun) di kavling 121 di TMP Kalibata. Di Kavling 120 kosong, (itu) tempat saya nanti," ucap almarhum saat masih hidup, Juni 2016.

Akhirnya almarhum pun dimakamkan juga di TMP Kalibata hari ini (Kamis, 12 September 2019), sesuai permintaannya kepada negara serta bukti cinta sejatinya kepada Ainun.

Selamat jalan, Pak Habibie. Semoga damai di sisi Tuhan bersama Bu Ainun. Seluruh rakyat Indonesia akan terus mengenang jasa dan karya-karya bapak. Amin.

***

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun