Presiden ke-3 Republik Indonesia (21 Mei 1998-20 Oktober 1999), Bacharuddin Jusuf Habibie (B. J. Habibie) telah tiada. Beliau meninggalkan dunia yang fana ini kemarin sore, Rabu, 11 September 2019 sekitar pukul 18.05 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta pada usia 83 tahun (25 Juni 1936-11 September 2019).
Mantan wakil presiden ke-7 (11 Maret 1998-21 Mei 1998) sekaligus mantan Menteri Riset dan Teknologi dua dekade (29 Maret 1978-11 Maret 1998) tersebut meninggal dunia karena faktor usia dan kondisi kesehatan yang kian menurun.
Sejumlah mahakarya telah diukir sosok yang pantas disebut Bapak Teknologi Indonesia itu bagi bangsa dan dunia. Kalau dirinci satu per satu, kiranya lembaran artikel ini tidak cukup untuk menuliskannya.
Dua di antara dari sekian mahakarya ayah dua orang putra (Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie) tersebut yakni Teori of Habibie (Teori Crack Propagation) dan Pesawat Buatan Indonesia Pertama N250 Gatot Kaca.Â
Teori Crack Propagation menjadi solusi dalam menjawab retaknya bagian sayap dan badan pesawat saat mengalami guncangan selama take off dan landing.
Teorinya telah dipakai industri penerbangan di seluruh dunia, karena berhasil meningkatkan standar keamanan pesawat. Sehingga almarhum semasa hidup dijuluki sebagai "Mr. Crack".
Selanjutnya pada 1995, almarhum juga sukses memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca, produk pesawat Indonesia yang pertama, yang didesain sedemikian rupa sehingga berhasil terbang melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan.
Selain N250 Gatot Kaca, almarhum juga mendesain dan menghitung proyek pembuatan pesawat terbang misalnya Vertical Take Off and Landing (VTOL) pesawat angkut DO-31, pesawat angkut militer TRANSALL C-130, Hansa Jet 320 (eksekutif), Airbus A-300 dan CN-135 serta secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam mendesain Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA) dan beberapa proyek rudal dan satelit.
Tidak hanya jejak karya, jasa dan pengabdiannya di dunia, satu hal bersejarah lain yang diputuskan almarhum adalah bersedia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Almarhum memang pernah meminta untuk dimakamkan di sana, di samping pusara mendiang sang isteri Ainun Habibie (meninggal dunia pada 22 Mei 2010).