Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Saling Menghargai dan Memaafkan, Kita Semua Bersaudara!

20 Agustus 2019   20:08 Diperbarui: 20 Agustus 2019   20:20 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi turun ke jalan di Jayapura, Senin (19/08/2019) oleh masyarakat Papua sebagai bentuk protes terhadap tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur | KOMPAS.com/ DHIAS SUWANDI

Sampai saat ini saya masih bertanya-tanya, masalah yang dipersoalkan oleh saudara-saudari di Papua dan Papua Barat apa sehingga mereka bereaksi keras, melakukan aksi demonstrasi besar-besaran dan membakar fasilitas umum yang salah satunya adalah Gedung DPRD Papua Barat.

Saya kurang tahu apakah persoalannya yaitu karena 'kepungan' aparat dan anggota ormas di salah satu asrama mahasiswa di Surabaya atas dugaan pembuangan bendera, 'penangkapan' mahasiswa yang dinilai diskriminatif, ucapan bermuatan penghinaan ras, atau ancaman pemulangan mahasiswa dari Kota Malang.

Apakah salah satu dari persoalan tersebut atau jangan-jangan keempat-empatnya. Sekali lagi saya belum paham. Mudah-mudahan persoalan pastinya segera terungkap sehingga konflik yang muncul tidak berlangsung berkepanjangan.

Pihak TNI sendiri mengaku akan menindak tegas anggotanya jika diketahui melontarkan kata-kata bernada penghinaan terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. 

"Saat ini sedang dilaksanakan langkah-langkah pengecekan apakah orang-orang tersebut anggota TNI atau bukan. Kalau anggota TNI, akan kita cek dari kesatuan mana dan pasti ditindaklanjuti prosesnya sesuai ketentuan," ujar Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya, Letnan Kolonel Imam Haryadi.

Dan karena bukan hanya anggota TNI yang 'berhadapan' dengan mahasiswa Papua melainkan juga ada anggota ormas, maka artinya anggota-anggota ormas yang terlibat juga wajib diperiksa dan diproses.

Beberapa kepala daerah di Jawa Timur juga sudah melayangkan permintaan maaf atas peristiwa yang menimpa mahasiswa Papua di wilayah mereka. Antara lain Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wali Kota Malang Sutiaji, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Bahkan Presiden Joko Widodo turut bersuara yakni meminta warga Papua tetap tenang, sabar dan tidak meluapkan emosi berlebihan.

"Saya tahu ada ketersinggungan, oleh sebab itu, sebagai saudara sebangsa dan setanah air, yang paling baik adalah saling memaafkan. Emosi itu boleh, memaafkan lebih baik. Sabar itu juga lebih baik," kata Jokowi.

Presiden Jokowi juga berjanji akan menjaga kehormatan dan terus memperjuangkan kesejahteraan warga Papua dan Papua Barat.

"Pemerintah akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan Pace, Mace, Mama-mama, yang ada di Papua dan Papua Barat," tambah Jokowi.

Saya sependapat dengan Presiden Jokowi bahwa warga Papua dan Papua Barat wajar marah besar, namun yang paling penting tidak lupa mengendalikan emosi. Jangan sampai bertindak anarkis yang menyebabkan terjadinya kerusakan dan menelan korban jiwa.

Saya fokus pada dugaan ucapan penghinaan ras, meskipun saya bukan warga Indonesia yang lahir di Tanah Papua, saya sesungguhnya ikut marah. Saya menyesalkan mengapa ada orang yang tega melontarkan diksi yang tidak sepantasnya diucapkan.

Sebesar apa pun kesalahan mahasiswa Papua, tidak sepatutnya menghina mereka dengan kata-kata kasar, apalagi 'berbau' binatang. Mereka manusia yang punya perasaan dan ingin tetap dihargai.

Warga Papua adalah warga Indonesia. Kita punya hak dan kewajiban yang sama di negeri tercinta ini. Kita harus bisa sama-sama saling menghargai satu dengan yang lain. Tidak boleh ada penghinaan fisik, semisal raut muka dan bentuk badan.

Saya berharap orang-orang yang terlibat menyinggung perasaan warga Papua segera meminta maaf. Tidak baik berlindung di balik keramaian (pada waktu) dan membela diri karena merasa tidak bersalah. Saya yakin warga Papua akan dengan tulus mengabulkan permintaan maaf itu dan memaklumi kekhilafan.

Para penegak hukum juga mesti melakukan penyelidikan lebih lanjut, terbuka dan adil atas kasus yang sudah sempat terjadi. Jika ada yang melanggar hukum wajib ditindak agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Kita semua bersaudara, nasib dan perjuangan kita sama yaitu mewujudkan Indonesia yang maju, adil dan beradab. Percuma kita mengaku satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air (sesuai Sumpah Pemuda) bila kita masih mengusik perbedaan suku, ras, agama, budaya dan sebagainya.

Maukah kita saling menghargai dan memaafkan sebagai saudara di negara tercinta ini? Semoga. Amin.

***

[1] [2] [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun