Saya sependapat dengan Presiden Jokowi bahwa warga Papua dan Papua Barat wajar marah besar, namun yang paling penting tidak lupa mengendalikan emosi. Jangan sampai bertindak anarkis yang menyebabkan terjadinya kerusakan dan menelan korban jiwa.
Saya fokus pada dugaan ucapan penghinaan ras, meskipun saya bukan warga Indonesia yang lahir di Tanah Papua, saya sesungguhnya ikut marah. Saya menyesalkan mengapa ada orang yang tega melontarkan diksi yang tidak sepantasnya diucapkan.
Sebesar apa pun kesalahan mahasiswa Papua, tidak sepatutnya menghina mereka dengan kata-kata kasar, apalagi 'berbau' binatang. Mereka manusia yang punya perasaan dan ingin tetap dihargai.
Warga Papua adalah warga Indonesia. Kita punya hak dan kewajiban yang sama di negeri tercinta ini. Kita harus bisa sama-sama saling menghargai satu dengan yang lain. Tidak boleh ada penghinaan fisik, semisal raut muka dan bentuk badan.
Saya berharap orang-orang yang terlibat menyinggung perasaan warga Papua segera meminta maaf. Tidak baik berlindung di balik keramaian (pada waktu) dan membela diri karena merasa tidak bersalah. Saya yakin warga Papua akan dengan tulus mengabulkan permintaan maaf itu dan memaklumi kekhilafan.
Para penegak hukum juga mesti melakukan penyelidikan lebih lanjut, terbuka dan adil atas kasus yang sudah sempat terjadi. Jika ada yang melanggar hukum wajib ditindak agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Kita semua bersaudara, nasib dan perjuangan kita sama yaitu mewujudkan Indonesia yang maju, adil dan beradab. Percuma kita mengaku satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air (sesuai Sumpah Pemuda) bila kita masih mengusik perbedaan suku, ras, agama, budaya dan sebagainya.
Maukah kita saling menghargai dan memaafkan sebagai saudara di negara tercinta ini? Semoga. Amin.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H