Saya kurang tahu darimana Gubernur Anies Baswedan mendapat usulan agar para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta menggunakan kostum klub sepak bola Persija. Saya juga kurang paham untuk apa kostum tersebut digunakan.
Berdasarkan penuturannya yang diberitakan berbagai media, Anies ingin para ASN memakai seragam klub sepak bola berjulukan "Macan Kemayoran" tersebut di saat ada pertandingan sebagai bentuk dukungan.
"Jadi gini kalau Persija ada pertandingan baru kami pakai baju Persija. Kalau hari itu Persija tanding kami akan mendukung dengan memakai kostum Persija," ucap Anies (1/7/2019).
Anies mengaku desain kostum sedang disiapkan. Dan ternyata sebelumnya, akan ada sayembara terlebih dahulu.
"Kami rencananya mau dibikin sayembara, disayembarakan seperti ketika baju untuk Satpol," ujar Anies (2/7/2019).
Sebenarnya sah-sah saja Anies mengajak banyak pihak memberi dukungan moril dan semangat kepada tim pemain sepak bola Persija. Namun apa harus dengan menggunakan kostum semata?
Bukankah sebaiknya dana yang dikeluarkan untuk sayembara dan desain dialokasikan saja ke keperluan lain Persjia? Bukankah pula sekarang memang sudah banyak beragam kostum yang dijual di pasar? Mengapa harus seperti kelihatan sedang menghambur-hamburkan uang?Â
Memangnya semua warga ibukota, terutama para ASN wajib mendukung Persija sedangkan klub-klub lain tidak boleh didukung? Bukankah minat dan kesenangan warga itu berbeda-beda?
Selanjutnya, tidakkah semestinya Anies lebih memikirkan realisasi janjinya saat kampanye Pilkada 2017 lalu yaitu bakal menghadirkan stadion "Old Trafford" Manchester United di Jakarta untuk dipersembahkan kepada Persija?
Baca: Menunggu Mahakarya Gubernur Anies di Ibu Kota
Menurut saya stadion tersebut yang harusnya diupayakan karena merupakan bagian dari janji politik. Kostum Persija tidak pernah dijanjikan, dan karena memang bukan itu juga yang dibutuhkan tim pemain beserta para penggemar.
Satu lagi yang Anies lupa bahwa hal yang paling penting dihadirkan adalah pejabat tetap wakil gubernur baru. Anies tidak mungkin optimal menjalankan tugasnya sendiri tanpa pendamping.
Baca: Sampai Kapan Kursi Wagub DKI Dibiarkan Kosong?
Kita tahu bahwa sudah hampir sebelas bulan kursi wakil gubernur dalam status lowong, semenjak ditinggal oleh Sandiaga karena mengajukan diri sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019.
Sampai sekarang pun beberapa nama yang digadang-gadang masih terkatung-katung, dan belum dilanjutkan pembahasannya bersama anggota DPRD DKI Jakarta. Padahal dulu janjinya akan ditindaklanjuti usai Pemilu 2019.
Jadi sekali lagi menurut saya, tidak perlulah Anies membuat kebijakan-kebijakan populis yang tidak berdampak baik terhadap kesejahteraan warga. Jangan terlihat hanya memprioritaskan kepentingan kelompok tertentu saja.
Sudah saatnya Anies serius bekerja dan memenuhi semua janji-janji politiknya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H