Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mustahil Sandiaga Masuk Kabinet Jokowi, Ini Sebabnya

23 Juni 2019   17:59 Diperbarui: 23 Juni 2019   18:28 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: suratkabar.id

Menjelang pengumuman keputusan majelis hakim Mahkamah Konstitusi (MK) atas sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2019, tersiar kabar bahwa beberapa partai anggota BPN Prabowo-Sandi akan bergabung ke dalam koalisi TKN Jokowi-Ma'ruf Amin. 

Beberapa partai yang disebut-sebut adalah Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN). Artinya partai yang punya kursi di parlemen dan berada di BPN Prabowo-Sandi hanya akan tersisa Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Baca: Megawati Persilakan Demokrat Gabung ke Koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin

Mesti diakui bahwa Demokrat dan PAN sejak awal kurang maksimal - jika tidak mau dikatakan setengah hati - mendukung Prabowo-Sandi. Dua partai ini tentu punya alasan, misalnya ingin mengarahkan fokus pada pemilihan anggota legislatif (Pileg). Tegasnya, Demokrat dan PAN tidak punya kader di bursa capres-cawapres, jadi sebatas pendukung saja.

Lalu bagaimana dengan PKS yang loyal di BPN Prabowo-Sandi? Alasannya hanya PKS yang tahu. Apakah betul loyal atau tidak, cuma PKS juga yang lebih tahu.

Baca: Jika Kalah, Gerindra Sebaiknya Jangan (Mau) Berada di Pemerintahan, Ini Alasannya

Mudah-mudahan realisasi merapatnya Demokrat dan PAN ke Jokowi-Ma'ruf Amin bisa memperkuat roda pemerintahan di periode mendatang. Tapi sebelumnya harus ada kepastian terlebih dahulu, apakah Jokowi-Ma'ruf Amin yang menang Pilpres 2019 atau bukan. Hasil musyawarah majelis hakim MK yang menentukan. 

Kembali ke pokok uraian pembahasan mengenai kemungkinan mantan wakil gubernur DKI Jakarta sekaligus cawapres Sandiaga masuk kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. Sekali lagi ini sebatas pengandaian jika Prabowo-Sandiaga dinyatakan kalah dalam kontestasi Pilpres 2019.

Mungkinkah Sandiaga jadi menteri atau menjabat posisi setara dengan itu di jajaran kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin? Mungkin pulakah Jokowi-Ma'ruf Amin meminta (menerima) Sandiaga masuk kabinet pemerintahan mereka?

Untuk dua pertanyaan di atas jawabannya sama-sama yaitu "mungkin" dan "tidak mungkin".

Pertama, terkait pilihan Sandiaga. Jika ditanya apakah mau masuk kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, beliau tentu akan mempertimbangkan banyak hal. Yang pasti beliau tidak akan menyodorkan diri. Kalau Jokowi-Ma'ruf Amin yang meminta, beliau kemungkinan besar akan menerima. Alasannya pengabdian bagi bangsa dan negara. 

Akan tetapi jika yang terjadi kemungkinan lainnya yaitu menolak, maka alasannya beragam. Misalnya karena faktor "gengsi", sulit untuk "move on", mau kembali ke profesi awal sebagai pengusaha, dan sebagainya.

Kedua, peluang Sandiaga digandeng Jokowi-Ma'ruf Amin. Sepertinya peluangnya cukup kecil, bahkan mustahil. Mengapa?

Pada paragraf awal tulisan ini telah diuraikan bahwa koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin akan bertambah 'gemuk' bila Demokrat dan PAN turut bergabung. Sedangkan setidaknya sudah ada sembilan partai yang kian bergabung sejak awal. 

Baca: Jatah Kursi Menteri Sebaiknya Prioritas untuk Anggota Koalisi Awal dan Profesional, Ini Pertimbangannya

Jokowi-Ma'ruf Amin pasti mendahulukan kader-kader potensial partai pendukung semasa perhelatan Pilpres 2019. Diperkirakan masing-masing partai pendukung bakal diberi jatah dua atau lebih kursi menteri. Selebihnya akan diberikan kepada Demokrat dan PAN.

Sila hitung sudah berapa kursi yang terisi, padahal porsi kementerian terbatas. Belum lagi jatah buat kalangan profesional (non partai), baik mereka yang sedang menjabat di kabinet maupun yang masih sibuk di bidangnya masing-masing.

Baca: Jabatan Wagub DKI Jakarta Lama Lowong, Mungkinkah Akan Diisi Kembali Sandiaga?

Di samping pertimbangan jatah buat partai pendukung dan kalangan profesional, Jokowi-Ma'ruf Amin pasti akan berpikir ratusan kali sebelum menggandeng Sandiaga. Dibanding kader Demokrat dan PAN, Sandiaga rasanya sulit dinominasikan. Diperlukan musyawarah tingkat tinggi antara Jokowi-Ma'ruf Amin dengan partai-partai pendukung.

Baca: Jika Posisi Wagub DKI Sengaja "Diamankan", Mestinya PKS Berhenti Berharap

Partai-partai pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin pasti tidak berkenan Sandiaga masuk kabinet. Penghambatnya adalah Sandiaga merupakan rival, bukan kader partai pendukung (kecuali kalau Sandiaga masuk Gerindra lagi dan kemudian partai tersebut memutuskan ikut bergabung koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin), ada sekat (perbedaan) ideologi, belum teruji kinerjanya di birokrasi pemerintahan (beberapa bulan saja jadi wakil gubernur), dan seterusnya.

***

Referensi: [1] [2] [3] [4] [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun