Bahwa tidak semua anggota DPR RI malas dan korupsi, namun seharusnya tak satu pun di antara mereka yang memelihara kebiasaan seperti itu.Â
Mestinya para anggota DPR RI melakukan studi banding ke luar negeri bukan cuma untuk urusan kerja, tapi juga belajar di sana bagaimana sih menjadi wakil rakyat yang sebenarnya.
Pernahkah DPR RI melakukan studi banding ke Swedia dan melihat seperti apa anggota DPR di sana?
Mudah-mudahan sudah, tapi kalau belum, kira-kira inilah kelebihan anggota DPR di Swedia dibanding DPR RI: gaji mereka paling tinggi 2 kali gaji rata-rata masyarakat (per bulan); tidak mendapat tunjangan (pribadi dan keluarga) dan fasilitas apa pun, termasuk urusan hunian dan transportasi; bekerja di ruangan yang sederhana, tidak penuh dengan barang-barang mewah; tidak diperbolehkan merekrut staf pribadi; dan hidup bersahaja.
Para anggota DPR di Swedia paham bahwa menjadi wakil rakyat tidak untuk semakin jauh dari rakyat. Menjadi wakil rakyat berarti harus semakin "merakyat", bukan sebaliknya justru terkesan sangat elit. Di Indonesia bagaimana? Sila nilai sendiri.
Harapannya semoga para wakil rakyat di Indonesia bisa mencontoh prinsip para wakil rakyat di Swedia.Â
Berikut pengakuan salah seorang anggota parlemen Swedia dari Partai Sosial Demokrat, Per-Arne Hakansson:
"Kami ini tak berbeda dengan warga kebanyakan. Tugas utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistemewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi. Yang membuat kami istimewa adalah kesempatan untuk ikut menentukan kebijakan negara," tutur Hakansson.
Apakah DPR RI bisa seperti DPR Swedia? Harusnya bisa, dan memang harus.