Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pilpres 2019 dan Refleksi Minggu Palma

14 April 2019   14:11 Diperbarui: 14 April 2019   21:16 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai hari ini (14/4/2019), masa tenang resmi dimulai jelang tiga hari sebelum Pemilu 2019. Semua pihak diharapkan menghentikan segala bentuk kegiatan kampanye, serta berbagai alat peraga yang digunakan di lapangan dicopot dan dibersihkan.

Tiga hari lagi Indonesia bakal memilih pemimpinnya, nakhoda yang akan mengendalikan bahtera negeri untuk periode 2019-2024 ke labuhan impian. Di tangan pemimpin terpilih (presiden dan wakil presiden), masa depan dan arah pembangunan Indonesia diraih dan diteruskan.

Semoga pada hari pencoblosan, seluruh warga yang mempunyai hak pilih siap berangkat ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menyalurkan suaranya. Diharapkan pula tidak ada yang golput, karena selain sebagai hak, terlibat aktif menyukseskan pemilu merupakan kewajiban setiap warga negara.

Tentu semua warga pemilik hak pilih sudah mantap dengan pilihannya masing-masing, kepada pasangan dan individu (Pipres dan Pileg) mana suara mereka akan diberikan. Itu adalah hak bebas dan penuh warga, tanpa pengaruh paksaan maupun tekanan, karena sudah dijamin oleh konstitusi.

Sedikit mengulas tentang kriteria ideal yang patut dipertimbangkan oleh pengguna hak pilih dan juga wajib dimiliki oleh para calon yang akan dipilih. Supaya lebih ringkas, kita fokus pada Pilpres saja, memilih pemimpin negara.

Jika diuraikan panjang-labar, maka kriteria yang dimaksud sangat banyak. Sepertinya tidak cukup waktu bagi kita untuk membicarakan atau pun menuliskan semuanya. Bahkan bila uraiannya diperdalam, maka kita akan semakin sampai pada pembahasan kriteria pemimpin sempurna, bukan lagi yang ideal. Ingat, ideal dan sempurna itu berbeda. Ideal bermakna wajar dan realistis, sedangkan sempurna lebih kepada tercapainya kepenuhan seluruh kriteria.

Adakah pemimpin sempurna? Tidak ada. Yang sempurna hanyalah Tuhan, Sang Pencipta. Dan oleh karena pemimpin yang akan dipilih adalah manusia, maka sisi lemah pasti selalu ada.

Lalu apa sesungguhnya kriteria ideal yang dimaksud?

Pemimpin bukanlah penguasa, namun pelayan. Seorang pemimpin merupakan pengayom, pembimbing, pengarah dan penyemangat seluruh para pengikutnya. Pemimpin Indonesia ke depan wajib menjadi teladan yang baik bagi seluruh warga. Tanpa keteladanan, seseorang tidak layak disebut sebagai pemimpin.

Pada hari ini, Gereja sedunia merayakan Hari Minggu Palma, sebuah perayaan untuk mengenang kisah Yesus ribuan tahun lalu, di mana pada waktu itu Dia disiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan bangsa-Nya yang sedang tercerai-berai dan bahkan terjajah.

Gambar: amorpost.com
Gambar: amorpost.com

Usai tampil sebagai sosok pemimpin, setidaknya selama tiga tahun berkarya, Yesus diminta oleh para pengikut-Nya untuk secepatnya mendeklarasikan diri di hadapan publik. Yesus diarak dan disambut bagai raja, naik di atas seekor keledai dan melintasi hamparan daun-daun palma yang sengaja ditebar di tengah jalan. Ya, Yesus ingin segera dinobatkan sebagai raja (dunia).

Apakah misi Yesus telah sesuai dengan harapan para pengikut-Nya. Sebagian iya, dan sebagian lagi tidak. Mengapa?

Sepanjang kegiatan pelayanan-Nya, Yesus memang kerap menunjukkan diri sebagai sosok pembebas. Dia sering menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, memotivasi banyak orang, mengkritik banyak hal yang mengekang hidup manusia, dan sebagainya.

Sebagian tidak, karena ternyata Yesus "gagal" menjadi raja. Beberapa hari setelah dideklarasikan sebagai raja, Yesus akhirnya harus mati di kayu salib. Apakah kegagalan itu disengaja oleh-Nya atau karena digagalkan para lawan-Nya, hanya Dia yang paling tahu. Tapi setidaknya, Yesus pernah menyampaikan kepada para pengikut-Nya bahwa kepemimpinan yang Dia hadirkan di bumi bukanlah kepemimpinan khas manusia.

Yesus tidak berkeinginan menjadi raja dunia, melainkan raja kekal. Yesus ingin menghadirkan Kerajaan Allah lewat karya dan pewartaan-Nya. Kerajaan Allah artinya sebuah tempat atau suasana di mana sukacita, kebahagiaan, kedamaian tercipta.

Kita cukupkan membahas tentang kisah Yesus. Semoga tidak ada di antara kita yang berpandangan bahwa kalau salah satu pasangan capres-cawapres nanti gagal, maka itu terjadi karena disengaja sendiri atau mungkin karena digagalkan oleh mereka yang berbuat curang. Mudah-mudahan pandangan seperti ini jauh dari pikiran kita, dan berharap Pilpres berlangsung demokratis.

Ada beberapa pesan Yesus terkait pemimpin dan kepemimpinan.

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Bdk. Yoh 10:14).

Berbeda dengan seorang upahan, gembala memiliki tanggungjawab besar terhadap domba-domba yang digembalakan. Seorang gembala yang baik suaranya pasti dikenal dan didengar oleh kawanan domba, sedangkan seorang upahan tidak. Apakah pemimpin yang akan kita pilih adalah orang yang hanya ingin didengar tetapi tidak bersedia mendengar?

Seorang gembala yang baik tentu selalu memastikan kawanan domba tidak dalam keadaan haus dan lapar, sedangkan seorang upahan juga tidak. Apakah pemimpin kita ke depan bersedia bekerja keras untuk memakmurkan rakyat atau jangan-jangan hanya ingin meraup harta dan kekayaan pribadi?

Dan seorang gembala yang baik pula tidak akan meninggalkan kawanan domba di saat ada ancaman yang membahayakan. Hewan buas akan dihalau demi menjaga kawanan domba, bahkan nyawa pun siap dikorbankan, sedangkan seorang upahan pun tidak. Apakah pemimpin kita siap berkorban melindungi rakyat dari ancaman apa pun atau malah berlindung sendiri, lari dan kemudian menyalahkan rakyatnya?

"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu" (Bdk. Mat 20:26-27).

Kalau warga ditanya, apakah presiden dan wakil presiden terpilih nantinya harus siap menjadi pelayan dan hamba bagi seluruh rakyat Indonesia, tentu jawabannya "iya". Hampir tidak mungkin ada warga yang ingin pemimpinnya berlagak penguasa, penindas dan mau menang sendiri.

Pertanyaannya, apakah para capres-cawapres bersedia menjadi pelayan dan hamba itu?

Selamat merayakan Hari Minggu Palma buat seluruh umat Kristiani, dan selamat menyongsong Pemilu 2019 (Pilpres dan Pileg) bagi seluruh rakyat Indonesia.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun