Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pesan Pemilu Damai dari Warung Makan Padang

12 April 2019   01:32 Diperbarui: 12 April 2019   15:48 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi membayangkan, bagaimana kalau ada orang lain yang juga menanyakan hal yang sama seperti yang saya lakukan kepada mereka. Atau bahkan pertanyaannya yang lebih rinci lagi, bisa-bisa dua pelayan itu akan kebingungan sendiri.

Lalu bagaimana perasaan mereka berdua? Mereka mengaku senang dan nyaman-nyaman saja. Betulkah? Jangan-jangan merasa terpaksa? Hanya mereka yang lebih tahu, setidaknya itulah yang keluar dari mulut mereka.

Pesanan saya selesai dibungkus, dan sebelum bergegas pulang ke rumah, saya minta kesediaan mereka untuk saya ambil gambar. Mereka berdua menyanggupinya. Saya merasa senang, pengalaman yang akhirnya saya bagikan ini ada barang buktinya juga.

Gambar: Dokumentasi Pribadi
Gambar: Dokumentasi Pribadi
Setelah saya ambil gambar, saya berpesan kepada mereka bahwa aksi seperti itulah yang seharusnya dibangun saat ini menjelang Pemilu. Setiap warga dengan pilihan berbeda harus mampu menjaga keakraban dan persaudaraan. Beda pilihan dan pendapat hal biasa dalam berdemokrasi. Saya tiba-tiba bertingkah layaknya orang bijak, padahal perut saya sedang keroncongan.

Saya juga sempat memberitahu bahwa gambar yang saya dokumentasikan akan saya bagikan ke publik sebagai sarana pesan Pemilu Damai, dan mereka bersedia.

Pesan apa yang dapat kita petik dari pengalaman saya bersama mereka berdua?

Pertama, saya sudah punya pilihan, dan saya tidak merasa risih ketika ada atribut yang dikenakan oleh orang lain di hadapan saya. Bagi saya itu wajar. Setiap orang punya hak mengampanyekan jagoannya. Saya yakin kita semua pasti sepakat tentang hal ini.

Kedua, aksi yang ditampilkan oleh kedua pelayan warung makan tersebut cukup menggembirakan. Tadi sudah saya uraikan, mereka ingin menyampaikan kepada publik bahwa duduk, berdiri, atau pun beraktivitas bersama orang lain dengan label berbeda tidak boleh merusak hubungan. Pilpres akan segera usai, dan status kita sebagai saudara satu bangsa akan terus terpelihara. Inilah yang harus kita jaga.

Dan yang ketiga, ternyata ada banyak cara untuk menyuarakan pesan damai, dari hal-hal kecil dan sepele sekalipun, seperti yang dilakukan oleh dua pelayan warung makan tersebut. Tidak perlu berteriak-teriak atau pasang iklan di mana-mana agar pemilu kita kali ini berjalan damai, nyaman dan membahagiakan. Cukup dengan aksi sederhana dan kemudian mengena.

Apakah kita sudah siap menyambut pemilu dengan hati gembira? Ingat, pemilu adalah pesta bersama, bukan ajang untuk menciptakan duka.

Semoga. Amin! ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun