Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Khawatir, Utang Itu 'Oli' Pembangunan!

29 Januari 2019   01:01 Diperbarui: 29 Januari 2019   01:20 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: iccapital.com.ua

Mengapa sebuah negara memerlukan utang?

Ada banyak alasan, misalnya karena keterbatasan dana atau karena ada sesuatu target besar sehingga perlu uang dalam jumlah banyak. Dana yang diperoleh bisa jadi digunakan untuk menstabilkan perekonomian, meningkatkan pembangunan, membayar utang-utang sebelumnya dan sebagainya. Ingat, masing-masing negara punya batasan dan aturan dalam mencetak uang. Tidak sesederhana yang kita pikirkan.

Sebuah negara bisa diandaikan semacam rumah tangga, yang penuh dinamika dan impian. Tidak ada negara atau pun rumah tangga yang ingin tetap berada dalam kondisi stagnan. Keduanya sama-sama ingin berubah dan semakin baik.

Pertanyaannya, adakah rumah tangga yang tidak punya utang? Minimal utang budi kalau sampai utang dalam bentuk uang tidak ada.

Kita fokus pada utang dalam bentuk uang. Bukankah sebuah rumah tangga punya alasan tertentu ketika harus berutang?

Misalnya begini, sebuah keluarga memiliki banyak cita-cita yang ingin diraih dan memerlukan uang. Sebut saja seorang anak di dalam keluarga tersebut ingin sekolah yang lebih tinggi, sedangkan uang orang tuanya tidak cukup untuk membiayainya. Orang tuanya punya rumah dan sawah. Dalam hal ini ada tiga pilihan yang akan diambil: lanjut sekolah, menganggur sementara, atau tidak sekolah sama sekali. Untuk pilihan pertama dan kedua jelas butuh uang. Sedangkan pilihan ketiga tidak.

Orang tua yang baik tentu akan mempertimbangkan pilihan pertama dan kedua, anaknya harus sekolah, apa pun yang terjadi. Dan jika dipertimbangkan lebih lanjut, pilihan pertama yang akan sekuat tenaga diperjuangkan. Orang tua pasti tidak ingin anaknya menganggur, apalagi dalam waktu yang lebih lama. Usia akan bertambah dan motivasi akan berkurang. Belum lagi kondisi keluarga yang ke depannya tidak menentu.

Pilihan berikutnya berlanjut. Supaya anak bisa langsung sekolah, apa langkah yang mesti diambil?

Hanya ada dua pilihan, menjual sebagian atau seluruh harta yang ada, atau meminjam uang dari orang lain. Orang tua nekat sudah pasti tertarik dengan pilihan pertama, sedangkan orang tua bijak akan mengambil pilihan yang kedua, berutang. Bagaimana tidak, menyekolahkan anak itu sama artinya sedang berinvestasi buat keluarga. Hasilnya belum tergambar dan prosesnya penuh resiko. Lalu apa salahnya bertaruh untuk bertarung demi masa depan anak? Berutang resikonya lebih kecil dibanding menjual harta.

Keinginan anak terpenuhi dan utang menanti untuk dilunasi. Apakah ketika anak sedang berproses di bangku sekolah tanpa ada iringan nasihat dan motivasi dari orang tua? Jelas ada! Orang tua akan terus memacu semangat anaknya meraih kesuksesan agar kelak bisa membantu melunasi utang biaya sekolah. Dan apakah orang tua juga berdiam diri menunggu kapan saatnya utang dibayar lunas oleh anaknya? Tentu tidak! Orang tua akan terus pula bekerja keras untuk menyicil utang, syukur-syukur lunas sebelum anaknya berhasil.

Mari kita kembali ke persoalan utang negara. Pemerintah tentu punya pertimbangan matang dan lengkap, mengapa negeri ini harus berutang ke negara lain. Pemerintah sudah memastikan bahwa penggunaannya diarahkan pada hal-hal produktif dan jumlahnya juga masih dalam taraf wajar. Pemerintah berkomitmen tidak akan berutang melebihi jumlah PDB kita. Mari kita kawal itu terus-menerus tanpa lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun