Mohon tunggu...
TUGI HARTONO
TUGI HARTONO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung Pungkasan

15 Juni 2024   14:31 Diperbarui: 15 Juni 2024   14:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari masih pagi
Saat Matari tebarkan senyum
Awasi lalu lalang tak berkesudahan
Sambil berbagi cahaya warna warni
Dan dendangkan semburat asa

Di sela sekembaran Waringin
Sekawanan burung putih
menari di dahan dan ranting
Sambil bercumbu menimang angin

Adakah angin kabarkan pada kita tentang  lumbung makan
Kata burung putih betina
Sambil mengusap mesra paruh di leher pasangannya

Ada
Tentu ada
Di arah tenggara ujung kota
Berkilometer jauhnya
Juga di selatan arah barat kota
Tidak beda jauhnya

Dinda pilih yang mana
Keduanya sama saja
Menjanjikan makanan melimpah
Untuk kita dan  teman  lainnya

Baiklah kasihku
Kita akan terbang berdampingan
Bersama teman se waringin
Menuju lumbung pangan di lembah sana

Namun
Tunggu sebentar
Ku kan suap bayi kita
Dan kutidurkan seperti biasa
Semoga dia terlelap bersama mimpinya.

Pagi,
Warung makan mulai ramai
Dengan celoteh tawaran untuk pelanggan sarapan
Pelanggan kantoran
Anak sekolah
Mbok bakul
Ibu-ibu yang   tergesa ke tempat kerja
Tukang becak tanpa penumpang
Tukang ojek tanpa pesanan
Juga tukang antar koran
Datang, pergi duduk berganti
Di kursi kayu tertata rapi
Dengan sajian aneka  cemilan  di meja makan

Usai rebahkan si bayi dengan hati-hati
Di sarang bagai permadani hangat menenangkan
Dia kecup bayi mungil penuh kasih sayang
Dia elus dengan sepasang sayap perlindungan

Tidur ya gadisku
Ibu dan ayahmu kan langlang ke lumbung makan
Untuk kita bertiga
Mimpilah terbang ke angkasa

Sesaat kemudian
Kawanan burung putih terbang sambil berdendang
Melintasi beragam gedung menjulang
Melintasi riuhnya asap kendaraan
Melintasi taman-taman buatan
Melintasi persawahan
Melintasi berpuluh sungai juga ngarai diseberang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun