Dalam Perhelatan Akbar Festival Puisi Kolaborasi (FPK) Fiksiana Community
Tema: Kasih Sayang Anak kepada Ayah
Judul: Sosok Rapuh dalam Kerinduan
Penulis: Tubagus Rangga Efarasti & Elsa Khairun Nissa
No. Peserta: 181
***
.
.
Sosok Rapuh dalam Kerinduan
.
.
Ayah…
Andai waktu bisa kuputar kembali
ingin aku mengatakan bahwa aku pun sayang ayah…
Ya Rabbi…
kenapa dulu aku terlalu egois
selalu ingin menang sendiri….
padahal harusnya aku tahu
Ayah berbuat seperti itu karena sayang padaku
.
Ayah….
mungkin itu yang akan membuat kita saling merindukan….
Kenapa waktu itu aku terlalu egois
Tak dapat merasakan rasa sayang yang kau curahkan
Ku merasa engkau sangat membenciku
padahal itu adalah bentuk sayangmu padaku
Setiap kali kita bertemu selalu saja ada perselisihan
Sampai aku menginginkan
lebih baik aku pergi saja dari rumah
pergi jauh darimu….
mungkin itu akan mengurangi pertengkaran kita…
.
Engkau dengan watak kerasmu sebagaimana watakku
Engkau tetap teguh bagai karang dengan pendapatmu…
Aku pun teguh dengan keputusanku…
tak ada jalan tengah di antara kita
.
Tapi petaka itu datang
engkau sakit terbaring di rumah sakit
ingin ku berkata maaf
tapi bibir ini terasa kelu….
ku masih ingat…
Walaupun engkau sakit…engkau masih memperhatikanku
.
Aku tak tahu kalau itu adalah perhatian terakhir darimu….
kalau aku tahu aku pasti akan lebih memperhatikanmu juga
.
.
hamba yang seberangi kolam jiwa
bergelora dalam sajak
air mata perak
lalu pulang lewati jengkal-jengkal luka
bisikan menyeruak
batang hidungku menyulap isak jadi gelak
sepasang mata membeliak
ruang lirih pun menyulang ketidakberdayaan
.
hamba yang berteriak-teriak hanyutkan lara
pada riak kerongkonganku kosong beriak
mengibas parau-parau batas malam
menambal paru-paru lebih dalam
darahku campuran cengkeh dan kopi
belum tahu aku siapa gerangan?
sosok samar menembus sepi
.
lelaki tangguh yang dengan tangannya melindungiku
bertaruh nyawa keriput wajah dalam beku
.
.
lelaki dengan sejuta kesabaran
walau kesal sering kuperlihatkan
tak sedikit pun kau protes aku
.
Diammu menoreh luka di hatiku
ku tak tahu apa kau sayangkan aku
Sampai semuanya berakhir
Saat Malaikat Maut datang menjemputmu
Saat itu aku hanya bisa berteriak
beri aku waktu…
.
Berjanjilah Ayah untuk bisa bertahan hidup
Agar bisa kubawa Kau ke Mekkah
Ku akan turuti semua inginmu
Ku akan merawatmu
Ku takkan sia-siakanmu…
.
.
apa kau tahu perasaannya?
yang dirundung sedih, di sini, di tepi lautan
ketika camar-camar kembali ke sarang
langit tak jua mendengar sementara mengelam
memalamkan sepi cuma debur tak tenang
nelayan-nelayan hendak berperang
membaca lentera-lentera di permukaan
serupa lilin-lilin yang terombang di luas lautan
tak ada batas bertahan
.
sesal serta kesal terdampar pada perahu siang
dingin benamkan kakinya
dalam pasir tercium anyir
ia bingung tak temukan bulan
yang biasa tersenyum malu saat hujan
ia bimbang tak dapati bintang
yang kemarin berekor panjang
ia juga tak merasakan ada yang datang
dari laut pasang
.
mata airnya jadi air mata
yang dirundung gelisah, di sini, di kaki karang
berkecamuk jutaan galau dan bimbang
aku ingin selalu bersama lelaki itu
sosok rapuh yang tak lagi tangguh
sosok yang kurindukan hingga beku waktu
apa kau tahu perasaanku?
.
.
Rabbi…
Kenapa sesal itu selalu datang terlambat
ya… di penghujung tahun
Engkau dipanggil-Nya….
Masihkah engkau saat itu mendengarkan permintaan maafku…?
Ketika engkau berjuang untuk tetap hidup….
ku hanya berharap engkau bisa mendengarku
.
Rabbi….
Bukan ini yang aku inginkan…
Bukan jauh seperti ini yang aku inginkan
.
Rabbi…
Maafkan hamba-Mu yang dhoif ini…
Ku tak ingin menggugat takdir-Mu
Ku hanya menyesal kenapa perpisahan itu harus seperti ini…
Ku belum mendengar permintaan maafku diterimanya
.
Rabbi….
Ampuni hamba-Mu ini yang berlumuran dosa
Aku tahu dosaku begitu banyak…
Betapa sering aku mendengar…
Dosa besar jika durhaka kepada orang tua…
.
Rabbi….
Ku hanya mengharap kemurahan-Mu
untuk mengampuni segala dosa-dosaku….
Karena Aku yakin dengan Janji-Mu
bahwa Engkau akan memaafkan dosa hamba
walaupun dosa hamba sebanyak buih di lautan
.
aakkkkhhhhhhhhhh.........
sampai kapan penyesalan ini kan berakhir...
bisakah aku melihatmu tersenyum di sana
mungkin itu kan mengobati luka dan sesalku
.
.
lantas kusadari inilah hidup yang kekal
ketika sang kelana meminta jiwa,
ketika malam telanjangi rasa
pada larik-larik berikutnya
ketika aku sudah tak bisa bertahan
dan menahan
.
inginku laik dirinya
dinginku layak mencintainya
sosok rupa sang lelaki
tangguh pijakkan kaki
.
.
Hanya satu pintaku kepada-Nya
Di sana Kau bahagia
Kau dapat keluarga pengganti yang lebih baik
sesuatu
yang bisa dibaca malam adalah sepi
adalah dingin yang bisa dibawa hujan
yang bisa dibaca aroma adalah api
adalah peti yang bisa dibawa nisan dari situ
.
sesuatu
yang aku cinta adalah ia, lelaki yang kupanggil ayah
Tuhan, maafkan hamba giat aniaya dan membantah
aku berserah kini doa terpanjat lesat
terkirim untuknya dalam bayang kasat
maafkan aku ayah
.
.
.
Serang, Banten - Bandung, Jawa Barat, 18 - 25 Oktober 2011
.
.
.
*) Keterangan:
- Kiri : Elsa Khairun Nissa
- Kanan : Tubagus Rangga Efarasti
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H