Mohon tunggu...
Tuanku Damanhuri
Tuanku Damanhuri Mohon Tunggu... Penulis - Padang Pariaman Bicara

Lakuang maninjau kalam manyigi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Spiritualitas Ziarah Syiah Kuala dalam Merawat Tradisi Syattariyah

21 Januari 2025   19:33 Diperbarui: 21 Januari 2025   19:33 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian jemaah foto bersama di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. (foto dokpri)

"Kita shalatnya jamak qasar," kata Bustanul Arifin Khatib Bandaro kepada jemaah. "Usallinya, apa," jawab sebagian jemaah tatkala kami akan melakukan shalat Zuhur.

"Usallinya takah yang patang senyo," jawab Bustanul Arifin lagi, sambil kedengarannya ganjil, sehingga sebagian jemaah, terutama kaum perempuan itu pada ketawa.

Sepanjang perjalanan ziarah dari Sumatera Barat ke Banda Aceh, 6-13 Januari 2025, kami memilih keringanan dari melakukan kewajiban.

Yakni jamak qasar di awal, sambil sebentar melepaskan lelah dalam perjalanan yang menggunakan bus pariwisata PT Sauna Rang Minang ini.

Ziarah kami di mulai di Lubuak Pua. Beliau Tuanku Bagindo, sebagai langkah awal menuju jalan panjang di Barus, Tapanuli Tengah dan Provinsi Aceh.

Muhammad Umar nama lengkapnya. Tapi namanya tak semashur gelarnya Tuanku Bagindo. Hidup dalam rentang 1875 -- 1955 M, dan mengembangkan ilmunya di Surau Pekuburan yang menjadi tempat kelahiran ulama besar dan alim dulunya hingga saat ini.

Bagi Nursyamsu yang akrab disapa Bujang ini, ziarah ke Barus dan Aceh di bulan Rajab ini, adalah warih bajawek pusako batarimo. Merupakan tradisi rutinitas yang dia terima dulunya dari Khalifah Tuanku Bagindo.

Di Barus, kami menziarahi makam Papan Tinggi, Makam Syekh Mahmud bin Abdurrahman bin Muadz bin Jabal yang diyakini sebagai penyebar Islam pertama di Barus.

Menurut keterangan warga lokal dan beberapa sumber, Syekh Mahmud datang ke wilayah Barus pada abad ke-7 Masehi. Berdasarkan catatan sejarah, beliau mungkin tiba sekitar tahun 640-an. Saudagar dari Yaman ini diutus ke Asia, berlayar menuju Samudera Pasai (Aceh) untuk menyebarkan ajaran Islam.

Namun, kapal yang ia tumpangi salah arah dan terdampar di Barus. Di Barus, Syekh Mahmud memutuskan untuk menetap dan melanjutkan dakwahnya. Namun, Kerajaan Barus pada masa itu melarang Syekh Mahmud untuk menyebarkan Islam di Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun