Kalau tak salah, ada dua kali Ahmad Yusuf ini mendatangi Lubuk Pandan, terkait persoalan itu. Datang pertama dia bertemu dengan guru tuo langsung oleh Mardian.
Lalu pertemuan kedua dengan seluruh guru tuo dan pengurus OSIP. Ketua OSIP Ardindas Khatib Sati. Santri asal Gunung Rajo, Tanah Datar yang tengah jadi marapulai kaji saat itu.
Atiak Win, Tuo Afredison, Tuo Nafai', Tuo Lukman, Tuo Bujang, Asrizal Malin Sinaro yang sama marapulai kaji Ardindas dan sejumlah guru tuo lainnya ikut.
Tentu semuanya ingin yang terbaik. Para guru dan tuo yang sudah sepakat dengan kerja yang dijalankan OSIP, ingin peraturan pondok berjalan sesuai irama dan ketentuan yang sudah ditetapkan.
Ahmad Yusuf, selaku tokoh yang minta suaka terhadap santri bersangkutan, pun tetap ingin yang terbaik.
Rasa kekeluargaan yang telah terbina dengan baik, jangan dirusak oleh seorang santri. Dan lagi, persoalan itu diharapkan tidak melebar ke seluruh santri di pondok yang berdiri sejak 1940 itu.
Dengan kasus itu, Ahmad Yusuf telah memberikan pencerahan. Setidaknya keluasan pikiran dan wawasan, menjadikan lahirnya keputusan yang seimbang.
Pencerahan terhadap yuniornya di Lubuk Pandan. Memang saat Ahmad Yusuf meninggalkan Lubuk Pandan, para guru tuo dan pengurus OSIP ini, hanya sebagian kecil yang bersua dengan dia dulunya.
Namun, semuanya saling kenal. Karena ketika datang ke Lubuk Pandan, Ahmad Yusuf selalu membangun komunikasi dengan guru tuo tersebut.
Kami para guru tuo jelas pasti mengenal Ahmad Yusuf. Yang luar biasa itu, Ahmad Yusuf mengenai seluruh guru tuo. Termasuk saya yang baru mulai di Lubuk Pandan, belajar jadi guru tuo, pun dikenalnya. Hafal seluruh nama guru tuo oleh Ahmad Yusuf ini.
Tak semua alumni senior itu mengenal guru tuo secara total itu. Tapi Ahmad Yusuf pengecualian sepertinya. Bisa hafal dan akrab pula.