Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro mengontak Walinagari Muaro Hafizun Tuanku Mudo.Â
Walinagari ini adalah alumni Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah, Buluah Kasok, Sungai Sariak.
Dalam banyak literatur, Syekh Abdul Wahab ini angkatan ketiga setelah Syekh Burhanuddin Ulakan. Syekh Abdul Wahab berguru ke Syekh Abdul Muhsin dan Syekh Sultan Al-Kisai Ibnu Habibullah Ulakan.
Dan yang disebut terakhir, berguru ke Syekh Abdurrahman, murid langsung dari Syekh Burhanuddin Ulakan.
Diperkirakan, Syekh Abdul Wahab mengembangkan Shatariyah di Calau akhir abad 19 atau awal abad 20.
Oleh Tuanku Bagindo Lubuak Pua, Uwai Limopuluah Malalo dan Syekh Abdul Wahab Calau, dijadikan sebagai tempat wirid ziarah setiap setahun sekali.
Dan kami rombongan ini, bagian dari yang melanjutkan tradisi itu, di samping banyak jemaah lain di VII Koto Sungai Sariak yang mewarisi tradisi Tuanku Bagindo Lubuak Pua.
Selesai ziarah setelah sebelumnya menunaikan kewajiban Shalat Ashar di komplek makam, kami bersua dengan Walinagari Hafizun Tuanku Mudo.
Sudah sore, senja pun menjelang. Tujuan selanjutnya adalah Tanjung Ampalu. Memang tak jauh dari Muaro. Tapi karena sesekali ditempuh agak terasa juga jauhnya.
Tepatnya Jorong Aur Gading, Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, masih dalam Kabupaten Sijunjung. Di sinilah dulunya Tuanku Bagindo Lubuak Pua mendalami ilmu dan keilmuan dengan Syekh Muhammad Yasin.
Seorang ulama besar di zamannya, terkenal dengan karismatik. Makamnya di pinggir Batang Ombilin. Lama Tuanku Bagindo Lubuak Pua mengaji dulunya dengan "Beliau Koto VII" ini.