Mengembangkan kajian dan keilmuan di Malalo lewat tariqat Shatariyah, dan dia lebih mashur dengan sebutan Uwai Limopuluah Malalo.
Dari komplek makam itu, terhampar Danau Singkarak. Agaknya, legenda Danau Singkarak ini sama dahsyatnya dengan kebesaran nama Uwai Limopuluah Malalo.
Menyusuri jalan coran secara mendaki dan berliku. Tampak saat puasa menjelang, kunjungan jemaah ziarah kian lengang.
Hanya rombong kita saja saat itu. Tak bersua rombongan lain. Tapi kemarin-kemarinnya banyak jemaah ke situ. Dari Malalo, kami menuju Calau di Muaro, Kabupaten Sijunjung.
Dari Duo Koto Malalo, bus pariwisata lebih memilih jalur Sumani karena jalan pintas untuk menuju Solok.
Sebelum tiba di Sijunjung, kami istirahat siang di Masjid Raya Sumani. Agak lama, tapi tak lama amat. Sekedar menunaikan kewajiban rohani dan jasmani.
Shalat Zuhur dan makan siang. Setelahnya lanjut ke Calau. Pas tiba di komplek Surau Tinggi waktu Ashar pun masuk.
Ya itulah komplek makam Syekh Abdul Wahab. Terletak di Jorong Sumbarang Sukam, Nagari Muaro.Â
Syekh Abdul Wahab berasal dari Sumpur Kudus, dan mengembangkan Shatariyah di Calau.
Dari Pasar Muaro, banyak jasa ojek menawarkan ke rombongan untuk bisa sampai di komplek makam tersebut.
Maka sebagian naik ojek, dan sebagian laginya lebih memilih jalan kaki saja, sambil menikmati alam Ranah Lansek Manih di sore menjelang senja itu.