Tepat waktu Magrib, Selasa 9 Januari 2024 rombongan jemaah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Padang Pariaman tiba di kawasan Singkil.
Ya, kawasan yang sering menjadi pusat ziarah Syekh Abdurrauf as-Singkili. Ziarah masyarakat Padang Pariaman, Sumatera Barat. Yakni Kampong Kilangan, Kecamatan Singkil.
Aceh Singkil merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Sebagian wilayahnya berada di kepulauan. Kecamatan Singkil merupakan ibu kabupaten Aceh Singkil itu sendiri.
Tentu tidak perlu di sini kita perdebatan. Yang jelas, Syekh Abdurrauf yang dikenal dengan Teungku Syekh Kuala ini wafat dan bermakam di Kuala, Banda Aceh.
Di Singkil, rombongan bermalam semalam. Aktivitas selain shalat berjemaah, juga agenda rutin ziarah, yakni ziarah yang dibarengi dengan zikir di komplek makam yang ada di Singkil.
Zikir sekaligus mengawali siang Rabu 10 Januari 2024. Dilakukan setelah shalat Subuh berjemaah.
Rombongan ini dipimpin Amrizal Tuanku Sutan, Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro, Nursyamsu alias Bujang ini tiba di Singkil setelah ziarah di pemakaman Papan Tinggi di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Jemaah ini meneruskan pengajian dan keilmuan dari Tuanku Bagindo Lubuak Pua. Seorang ulama yang terkenal keramat, seangkatan dengan Tuanku Shaliah Sungai Sariak.
Muhammad Umar nama lengkapnya. Mengabdi di Surau Pekuburan Lubuak Pua. Dia hidup dan berkiprah dari 1875 - 1955 M.
Menurut Bujang, tradisi ziarah tiap tahun ini tetap dilakukan di dua tempat di Aceh ini. Setelah bermalam semalam di Singkil, kegiatan berlanjut dua malam di Kuala.
Ziarah adalah ibadah sunat. Di Padang Pariaman, lazim masyarakat melakukan rangkaian ziarah pada momen puasa menjelang.
Di samping "Basafa" yang menjadi puncak ziarah ke Ulakan, makan Syekh Burhanuddin, menjelang puasa masuk juga menjadi rutinitas tersendiri oleh para ulama, tuanku, labai bersama jemaahnya.
Syekh Burhanuddin Ulakan terkenal ulama pembawa peradaban Islam lewat Shatariyah, setelah mengaji dengan Syekh Abdurrauf as-Singkili.
Dengan menziarahi dua tempat bersejarah di Aceh ini, jemaah bisa kembali menapaktilasi Shatariyah itu sendiri.
Shatariyah yang dari Syekh Abdurrauf as-Singkili ini besar dan mendominasi di kalangan masyarakat dan jemaah di Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Syekh Abdurrauf as-Singkili adalah ulama Aceh yang tidak hanya dikenal masyarakat Aceh atau Nusantara pada umunya, tapi juga di dunia internasional.Â
Nama lengkapnya adalah Aminudin Abdurrauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri as-Singkili. Ia dilahirkan di Singkil Aceh pada tahun 1024 H atau 1615 M. Syekh Abdurrauf as-Singkil dikenal juga dengan gelar Teungku Syekh Kuala.
Sebagai ulama besar di Aceh, pada abad ke 17, terkenal dan fenomenal fatwanya, yakni tentang bolehnya wanita jadi pemimpin.
Artinya, keadilan dan kesetaraan gender, sudah lama adanya, dan dipahami oleh Syekh Abdurrauf as-Singkili sebagai persamaan hak dan kewajiban dalam urusan dunia.
Makanya, tersebut di Aceh ini tokoh pahlawan nasional dari daerah ini dari kalangan perempuan hebat dan tangguh.
Hebat agama dan syariatnya, lincah dan piawai dalam memimpin pergerakan. Salah satunya, Cut Nyak Dien. Perempuan hebat, ikut berjuang bersama suaminya, sehingga ia diberi gelar pahlawan nasional oleh negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H