Tentu, ketika di makam Syekh Mahmud Bin Abdurrahman Bin Muadz, setidaknya memetik pelajaran yang amat berharga.
"Hari ini kita ziarahi makam sahabat Nabi Muhammad Saw, mudah-mudahan, di masa yang akan kita bisa menziarahi makam Rasulullah di Madinah," sebut Bujang.
Al-Wasilah, kata Bujang, siap untuk memfasilitasi jemaah umrah dan haji khusus, dengan layanan yang memuaskan, berpengalaman.
Usman Pasaribu, penjaga makam Papan Tinggi menyebutkan, bahwa makam ini sudah ada sejak 44 hijriah. Makamnya panjang, tujuh meter lebih.
"Saya sebut tujuh meter lebih, karena sudah tiga kali diukur dalam waktu bersamaan, tak pernah sama ukurannya. Bisa delapan meter, bisa kurang, tapi tak pernah kurang dari tujuh meter," ulas dia yang mengaku sudah 11 tahun bertugas menjaga makam wali Allah SWT tersebut.
Hingga saat ini, makam ini sudah 1.400 tahun lamanya. Di Barus ini ada ratusan wali atau Aulia Allah. Mahmud ini datang ke Barus untuk mensyiarkan agama, sambil berdagang.
Sampai akhir hayatnya, dia tak pernah kembali sejak pertama datang ke Barus. Datang dari Yaman, Hadramaut.
Namun, dalam sumber yang lain disebutkan, bahwa Mahmud asli Barus, berguru ke Nabi Muhammad Saw, lalu pulang kampung, dan menetap di kampung, menyiarkan agama, sambil berdagang.
Tetapi yang jelas, Barus tercatat dan ditetapkan sebagai satu dari tujuh titik nol kilometer peradaban Islam di nusantara ini oleh Presiden Joko Widodo tahun 2017 lalu. Wali ini datang ke Barus bergelombang, tidak bersamaan, sehingga Barus punya peradaban tersendiri dalam membangun dunia Islam.
Mahmud wafat dalam usia yang relatif muda. Tetapi di antara para wali-wali yang ada di Barus, Mahmud wali yang dituakan.
Rombongan setelah menerima keterangan dari penjaga makam, langsung menggelar ritual zikir dan shalawat bersama.