Organisasi mengajarkan betapa penting sebuah manajemen. Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan yang didirikan oleh Buya sebagai kelanjutan dari Surau Kapalo Sawah, adalah lembaga pendidikan yang mengkolaborasikan halaqah dengan madrasah.
Madrasatul 'Ulum adalah surau. Tapi orang luar menyebutnya madrasah. Kenapa! Mungkin Madrasatul 'Ulum tidak sehebat pesantren berbasis surau lainnya, seperti Surau Mato Aie, Surau Ujung Gunung, Surau Kalampaian Ampalu Tinggi dan surau lainnya.
Di Madrasatul 'Ulum lebih pada pengajian santri dan santriwati. Pengajian yang mengumpulkan jemaah banyak, nyaris tak bersua di Lubuk Pandan ini, kecuali peringatan Israk Mi'raj, baru ada jemaah banyak yang bawa oleh sejumlah alumni yang aktif berhalaqah di berbagai surau.
Ada sebagian jemaah yang menetap di Surau Lubuk Pandan, tapi tak banyak. Itu saat jemaah berkeinginan "sembahyang empat puluh hari".
Tak tertentu waktunya. Kapan ada jemaahnya saja. Sebab, sudah terbiasa dan tak pernah tinggal ritual shalat berjemaah di Surau Lubuk Pandan itu.
Makanya, jemaah datang dari luar daerah, terserah kapan maunya saja. Dan itu pula sebabnya, ketika ada momen ziarah santri bersama Buya, tak banyak jemaah yang ikut.
Sedikit. Itupun dari keluarga Buya. Dan kondisi tradisi halaqah dan madrasah ini terus berlanjut sepeninggal Buya.
Sekilas, Surau Lubuk Pandan atau Madrasatul 'Ulum sejak berdirinya telah mengadopsi nilai-nilai pembaharuan.
Meskipun Buya tak lepas dari pakaian kebesarannya, sarung dan peci putih yang dililit dengan serban, tapi santri dan alumni pakai celana dengan kemeja, tak dipersoalkan.
Malah ketika pertemuan alumni, kegiatan Israk Mi'raj, sebagian besar alumni Madrasatul 'Ulum pakai celana panjang biasa. Tak banyak yang pakai sarung, seperti di surau lain misalnya.
Ada sih, tapi masih sebagian kecil. Lewat halaqah dan madrasah ini pula, agaknya Buya lebih pada penanaman pola pendidikan langsung pada potensi santri.