Hanya pengalaman mengaji dulu yang saya sampaikan, sesuai ilmu dan kajian haji dan umrah yang saya dapatkan ketika sedang jadi santri dulunya.
Ditambah dengan pengalaman membaca dan mempelajari buku yang ditulis Zuhairi Misrawi, tokoh intelektual muda Nahdlatul Ulama.
Bukunya yang berjudul Madinah saya beli tahun 2012 lalu. Bukunya tebal, mencapai 400 halaman. Ulasannya rancak.
Membaca buku itu, kita dibawa larut dan terasa sedang di Madinah pula. Lalu, tiga hari sebelum jemaah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah ini terbang langsung ke Madinah, saya pesan satu lagi buku Zuhairi Misrawi yang berjudul Mekkah.
Buku tentang Mekkah itu sama dengan Buku Madinah. Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya Zuhairi Misrawi sewaktu jadi petugas jemaah haji sambil kuliah di Mesir.
Tahu rombongan ini langsung ke Madinah, saya baca ulang buku Zuhairi Misrawi itu. Saya tulislah semacam laporan.
Laporan seolah-olah saya sedang di Madinah. Menulis kehebatan Masjid Nabawi, Raudhah, dan sejumlah tempat ziarah yang dikunjungi jemaah ini selama lima hari di Madinah.
Saya tulis untuk mendalami pemahaman, mengurai keitimewaa kota sejuk yang dijuluki sebagai kota nabi itu.
Ada banyak catatan saya yang dipublikasikan di portal online, setidaknya menambah pengetahuan saya soal Madinah ini.
Mana tahu, dengan diawali oleh niat dan mengulas cerita dari buku, pernah belajar khusus soal ini ketika di surau dulu, Allah SWT membukakan jalan mulus untuk saya bisa pula tiba di tanah suci itu.
Sampai berakhir di Madinah dan berawal di Mekkah jamaah ini untuk menunaikan ibadah umrah, saya sedang menikmati buku Mekkah, karya Zuhairi Misrawi.