Di atas lubuk itu berdiri sebuah pohon kayu besar, yang uratnya banyak bersileweran di atas permukaan air sungai.
Tentu lubuk itu juga sebagai tempat pemandian oleh masyarakat dulunya. Maklum, orang dulu banyak menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan.
Di sungai masyarakat mandi, mencuci, hingga membuang hajat. Dan di pinggir sungai sering dibuat sumur. Sumur alami yang airnya dibawa pulang untuk memasak sehabis mandi di sungai.
Tapi, sekarang sudah jarang orang mandi sungai. Semua rumah penduduk tersedia sumur dan air bersih dari PDAM tentunya.
Sepertinya Lubuak Urek punya kisah tersendiri. Kisah panjang, dan bisa jadi sejarah penting dalam Nagari Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman.
Dibuatnya kawasan wisata ini, paling tidak pemiliknya ingin membangkitkan yang terendam, menggali sejarah peradaban zaman dulu, zaman dimana manusia belum sebanyak sekarang.
Sebagian tempat yang punah akibat hempasan Sungai Batang Ulakan akan diperbaiki dan dibuat kokoh tentunya.
Di momen libur itu, kami berhabis hari di situ. Penat mengelilingi, menaiki dan menuruni kawasan itu, sore menjelang senjang kami membikin konten.
Konten budaya, khusus budaya Piaman bersama Daeng Satria, Kamal Guci dan Ajo Simuih.
Paling tidak, kami ingin kembali menghidupkan suasana Lubuak Urek yang nyaman dan damai untuk wisata keluarga.
Menghidupkan suasana palanta lapau yang sering jadi pembicaraan rang Piaman dalam memutus sebuah soal sosial kemasyarakatan.