Kemacetan di jalan raya umumnya terjadi karena perbandingan antara kendaraan dan jalan raya yang tidak sesuai. Penyebab paling sering adalah penyempitan jalan. Kecelakaan dapat menyebabkan penyempitan jalan. Perbaikan jalan dapat juga menyebabkan penyempitan jalan. Pertemuan dari 2 lajur menjadi 1 juga menyebabkan penyempitan jalan. Namun ada satu fenomena kemacetan yang tidak disebabkan penyempitan jalan. Fenomena tersebut dikenal dengan sebutan "phantom jam" (phantom = hantu, jam = macet).Â
Phantom jam dimulai ketika ada sebuah mobil yang melambat (meski hanya sedikit) di saat kondisi jalanan sedang padat. Perlambatan tadi mengakibatkan mobil di belakangnya ikut melambat dan diikuti mobil di belakangnya dan diikuti lagi oleh mobil di belakangnya dan seterusnya. Perlambatan mobil di bagian belakang akan selalu lebih besar dibanding mobil di depannya.Â
Artinya mereka menginjak rem lebih dalam dibandingkan mobil di depannya (dengan harapan menghindari kecelakaan). Aksi perlambatan ini terus menyebar hingga akhirnya ada mobil yang benar-benar berhenti. Mobil di belakangnya akan ikut berhenti dan diikuti mobil di belakangnya lagi dan seterusnya. Kondisi tadi kita kenal dengan kemacetan.Â
Berhenti total (walau sesaat) yang ternyata hanya efek domino dari perlambatan satu mobil saja. Kemacetan "tanpa" penyebab jelas. Pasti pernah menembus macet yang seperti itu kan? Artinya bila tidak ada yang "punya niatan untuk berhenti (atau melambat)" maka tidak akan ada kemacetan (dalam kasus ini phantom jam)
Sama halnya dengan aliran darah di otak, dimana pembuluh darah berperan sebagai jalan raya dan sel darah merah sebagai mobilnya. Penyempitan pembuluh darah (arteri) di dalam otak disebut stenosis intrakranial. Kondisi ini disebabkan oleh penumpukan plak atau atherosklerosis di dalam dinding pembuluh darah. Atherosklerosis mengakibatkan perlambatan aliran darah ke otak. Perlambatan kemudian menimbulkan keluhan dan gejala yang akrab kita panggil dengan nama "stroke".
Komunikasi adalah keahlian. Komunikasi merupakan proses perpindahan informasi dari dan ke suatu orang atau grup. Bahasa adalah suatu sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan signal tambahan seperti suara, tulisan, dan gerakan tubuh. Bahasa adalah kerja otak. Bukan hanya peran lidah yang lincah, bibir yang ranum, dan telinga yang sabar saja. "Departemen bahasa" terletak -umumnya- di area otak sebelah kiri. Hampir semua bagian otak ikut aktif dalam menghasilkan dan memahami suatu bahasa.Â
Dalam proses pemahaman bahasa, kita melihat (dengan bantuan saraf mata), membaca tulisan melalui korteks visual atau merasakan kata melalui korteks sensori (misal: meraba huruf Braile) atau mendengarkan cerita melalui korteks pendengaran. Sinyal saraf bergerak kesana kemari di dalam otak kita selama proses pemahaman bahasa. Kerja otak ini membuat kita fasih berbahasa.
Bahasa adalah kerja otak
Ingat soal stroke yang kita bicarakan sebelumnya? Jika stroke terjadi di pusat bahasa di otak, maka gejala yang muncul adalah gangguan bahasa (dalam bahasa latin: Aphasia). Aphasia bisa diterapi namun hasilnya hingga kini masih belum memuaskan. Bila menderita aphasia, kita tidak mampu mengungkapkan perasaan, tidak mampu menyebutkan nama benda, tidak mampu melafalkan nama anggota keluarga. Hanya diam. Kadang hanya satu kata saja yang mampu kita ucapkan, sebut saja kata "Bi!".Â
Setiap ditanya, kita hanya mampu menjawab "Bi!" (reka adegan: "Kamu mau makan ?" "Bi!"; "Pilih ini atau itu?" "Bi!"; "Bagaimana kabarmu?" "Bi!"). Gejala seperti tadi adalah aphasia tipe "non-fluent". Ada juga aphasia tipe "fluent" dimana kita mampu memproduksi kata namun tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin dikatakan? (reka adegan: "Kamu mau makan ?" "Mobil besok besar" - seharusnya: belum -; "Pilih ini atau itu?" "Tidur biru anu" - seharusnya: ini -; "Bagaimana kabarmu?" "Satu dua lima" - seharusnya: baik! -. ..... Dan semua itu berlangsung selamanya. Bisa bayangkan rasanya tidak bisa mengungkapkan isi hatimu kepada dunia? Selamanya... , Bisa? Tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi. Kita ingin hidup yang berkualitas. Kita ingin mengerti dan dimengerti. Kita ingin fasih banyak bahasa.
Kadang hanya satu kata saja yang mampu kita ucapkan
Mencegah kemacetan aliran darah ke otak berarti mencegah stroke. Mulai dari mengubah gaya hidup kita hingga konsumsi obat-obatan pengencer darah dapat menjadi modal pencegahan. Terkadang terapi bedah diperlukan bagi kita yang tidak mempan dengan terapi non bedah. (misalnya stroke ringan/ TIA). Ada 2 teknik bedah untuk mengatasi kemacetan aliran darah otak. Yang kesatu disebut STENTING yang merupakan prosedur minimal invasif dimana pembuluh darah dilebarkan secara mekanik. Yang kedua disebut BYPASS pembuluh darah yang dilakukan melalui prosedur kraniotomi. Hmmm... ada yang tidak dipahami sampai paragraf ini?
Aliran darah ke otak yang lancar akan menunjang kerja otak yang prima. Kita akan memahami bahasa. Kita akan mengerti bacaan berat seperti tulisan kali ini. Masih ada yang tidak dipahami sampai paragraf ini? Aliran darah ke otak sedang melambat?
Mulai sekarang mari kita berikrar untuk menjaga kesehatan otak kita. Ucapkan dengan lantang "Kami akan rajin berolahraga! Kami akan makan makanan bergizi (dan mahal)! Kami akan selalu bersenang-senang! (bersenang-senang baik untuk otak, serius) Kami menolak kemacetan aliran darah ke otak! Mungkin nanti kami menjadi tua, jalan kami berat dan mendaki tapi kami menolak berhenti!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H