Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasih Berbalut Sahabat

12 Februari 2017   01:50 Diperbarui: 12 Februari 2017   02:29 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber : http://www.rindumadinah.com)

Hidup memang tak akan pernah ada yang tahu seperti apa cobaan yang diberikan. Kebahagian yang sebenarnya adalah ketika hati menemukan kenyamanan dalam perjalanan yang menantang. Ikatan suci yang sudah terbina seakan tak mampu membentengi hasrat yang bergejolak dalam jiwa ini.

Aku adalah seorang wanita yang sudah bersuami, seorang ibu dari dua orang anak dan bahtera rumah tangga ku telah berjalan enam tahun.

Semua kisah ini berawal saat suami ku di pindah tugaskan, semula jarak yang terpisahkan tak bermasalah dan mampu ku lalui sebisanya menahan rindu pada suami tercinta.

Namun seiring waktu berjalan dan sekuat aku bertahan dalam kerinduan tanpa tersadari hati mulai tersentuh pada kenyamanan yang ditawarkan oleh yang seharusnya tak patut untuk ku terima.

**

POV ISTRI

ilustrasi ditha (sumber : GAMBAR\DCIM\113APPLE)
ilustrasi ditha (sumber : GAMBAR\DCIM\113APPLE)
Aku mulai terbiasa dengan kepergian suami yang dipindah tugaskan oleh tempat kerjanya, sehari-hari yang ditemani oleh anak-anak, adik maupun orang tua yang terkadang mampir ke rumah.

“ malam, ma...” suara suamiku di sebrang telp

“malam, pa..” balasku sedikit manja

“anak-anak sehat ma? Udah pada tidur ?” lanjut suami ku

“sehat pa, udah ni baru aja tidur nih” jawab ku.

“yaudah papa tidur juga ya jangan begadang jaga kesehatan, besokan kerja” tambahku sambil memberikan kecupan.

**

Kami memang tetap menjaga komunikasi dengan menelpon maupun terkadang dengan videocall untuk melepas rindu yang berakhir saling masturbasi. Ini mungkin salah satu cara kami untuk bisa tetap menjaga kehangatan .

Tepat sebulan setelah kepergian suamiku, tiba-tiba malam itu masuk chat dari salah seorang sahabat mas tio namun setelah menikah dia pindah bersama istrinya.

“hai tha, apa kabar ?” sapa mas hendra, sahabat mas tio

“hai mas, kabar baik. Mas apa kabar ?” balasku sekenanya.

“baik juga, tio gimana kabarnya? Anak-anak udah besar? Lanjut mas hendra

“anak-anak sehat kok. mmg mas blom dengar kabar kalau mas tio udah pindah tugas ya?” balasku

“blom tuh tha, tio gak ada kabarin apa-apa nih. “ balas mas hendra.

“oia, jadi kamu masih disini atau ikut pindah ? lanjut mas hendra

“aku masih disini mas, ya tapi juga ikut kesana juga nanti. Lagian ibu juga lagi sakit mas” balasku.

“oh gitu ya..” balasnya singkat

Mas hendra sedang menulis

“ yaudah bsok aku main ke rumah boleh ?” tanyanya

“boleh kok mas, kan mas juga udah lama gak kemari” balas ku dengan emot senyum.

Malam berganti dengan pagi, sore sekitar habis ashar mas hendra dan keluarga memang datang bertamu ke rumah.

Kami saling bercerita di ruang tamu antara aku, mbak dian dan mas hendra sedang anak-anak asik bermain di ruang tv. Setelah makan malam bersama di rumah, pukul 21.30 mereka pamit pulang.

“lagi apa nih, tha?” chat dari mas hendra yang membuyarkan lamunanku.

“lagi tiduran aja nih mas di kamar, kalau mas?” balasku singkat.

“lagi nonton aja, mbak dian dan anak-anak udah bobok” balas mas hendra

“ya tiba-tiba kepikiran kamu aja, tha..” lanjut mas hendra

“kok bisa mas ? hehehe... tau mbak dian, marah ntar loh..” jawab ku sambil tersenyum

“kan mbak diannya udah bobok, mana mungkin ketahuan” balas mas hendra.

 “Oia, udah jam 23.00 nih udah bisa bobok tuh.” lanjut mas hendra dengan emot ;)

“iya mas, tha mmg mau bobok kok... mas juga bobok, bsok kan kerja.” Balas ku

“ ok..ok .. yuk bobok bareng...” ujarnya dengan emot ketawa :D

“iissssh.. apa sih mass.. hendraa..mulai nakal “ balasku dengan pura-pura kesel

“ehehe.. canda doang.. kan kamunya tidur dirumah, akunya tidur dirumah...tapi sayang gak ada gulingnya ya ? balas mas hendra dengan emot :p

“hehehe.. guling? kalau guling banyak kali mas.. cuma guling yang bisa bikin anget yang gak ada nih” balasku sambil ku kirim emot :p

“hehehe.. makanya tio suruh balik.. ntar kalau lama balik, bisa-bisa istrinya disambar orang” balasnya

“siapa pula mau nyamber emak-emak dua orang anak kek gini mas?" balas ku singkat.

"ada dong, pasti ada yang mau sama kamu.." jawab mas hendra.

**

Kini chattingan dari mas hendra memberikan warna baru dalam hari-hariku, mas hendra memberikan mampu memberikan kenyamanan lewat chattingannya tak jarang perhatian demi perhatian pun turut hadir.

Tak jarang dia mampir ke rumah untuk sekedar mengantarkan mainan untuk anak-anak maupun mengantar kue untukku. Kadang aku uring-uringan sendiri kalau dia terlambat balas chat, kadang aku kesel bercampur rindu bila dia tak chatting atau menelpon.

Perhatian-perhatian yang diberikan mulai menembus hati ku. Aku mulai memberikan sebuah ruang di sisi hati ini, yang setengahnya lagi telah di huni oleh suami ku.

**

Hari berganti hari hingga bulan ke dua setelah hubungan aku dan mas hendra makin intens, hingga sore itu kejadian yang tak pernah ku duga sebelumnya menjadi dosa terindah dalam hidupku.

***

**

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun