Pak giran pun melakukannya dengan lembut, perlahan tapi pasti aku mulai mengapit kaki ku ke punggung pak giran dan merasakan kembali orgasme yang mungkin malam ini yang terbaik ku rasakan selama berhubungan badan dengan suamiku.
Pak giran yang masih menggoyangkan pinggulnya, lelaki tua ini masih memiliki stamina yang cukup kuat dan mampu bertahan lama.
Aku yang larut dalam suasana mulai ikut menggoyangkan pinggul sembari tanganku memeluk beliau dan memastikan bibir saling berpagutan, tangan pak giran pun dengan gemesnya meremas lembut bukit kembarku.
Terasa goyangan pak giran makin cepat yang menandakan bahwa beliau akan segera sampai pada puncaknya, yang tak terasa membuat pinggulku mengikutinya dan kembali kaki ku mengapit di punggungnya seakan memberikan kode bahwa keluarkan saja di dalam.
Pak giran masih berada di atas tubuhku, kami saling berpandangan dan tangannya mengelus pelan kepala sembari mencium kening ku.
" apa kamu menyesal, nduk?" celutuk pak giran diantara kesunyian yang menghinggapi kami.
"tidak pak, aku sudah memikirkan semuanya dengan matang dan siap menanggung semua resiko dari perbuatan kita malam ini." ujar ku
"benarkah ?" ujar pa giran yang tak percaya.
Aku tak menjawabnya namun sebuah ciuman ku daratankan di bibirnya dan sejenak kami saling berpangutan.Â
***
*bersambung