"coba lihat nduk..", seru pak giran sembari tangannya menuju ke arah rembulan.
"indah .. seindah kamu nduk.. desa ini penuh keindahan sama seperti diri mu yang memiliki aura keindahan yang mampu menarik perhatian bapak, nduk" terang pak giran.
Aku hanya terdiam sejenak melirik beliau, bibir tuanya masih asyik menghisap kretek.Â
" tapi pak.. aku takut mengkhianati mas andi.." ujar ku sambil tertunduk, pandangan ku kosong tanpa arah.
" iya nduk bapak tahu, kamu adalah wanita baik-baik, seorang istri yang setia terhadap suami dan seorang ibu yang penyayang bagi anak-anak mu. namun bapak tak bisa membohongi perasaan yang bapak rasakan sejak berjumpa dengan mu". terang pak giran.
" pak .. kalau aku boleh jujur..." aku terdiam sejenak, untuk meyakinkan diri bahwa ada rasa yang sedang bergejolak di hatiku.
" aku juga memiliki rasa yang sama pak, aku juga menyukai bapak. Rasa nyaman dan kasih sayang yang telah bapak berikan beberapa hari ini telah berhasil menggoyahkan hati ku yang selama ini setia terhadap mas andi.
Sejauh ini tak ada yang pernah berhasil untuk merebut hati ini dari mas andi, tetapi aku bingung dengan bapak aku tak bisa menahan rasa ini pak. Bapak, ibu dan desa ini telah membuat aku menjadi betah tinggal disini, seperti ada sesuatu yang berat untuk aku tinggal pergi." jelas ku pada pak giman.
Suasana hening sejenak aku mencoba meresapi kebersamaan kami malam ini, aku sudah pikirkan baik-baik bahwa yang ku katakan barusan adalah benar.
Biarkan pak giran mengetahui apa yang kurasakan, tak sanggup aku untuk menahan perasaan ini terlalu lama lagi. Gejolak perasaan yang terus mendorong di dalam hati, bila lebih lama lagi akan menyiksa diri sendiri.
Pak giran tak menjawab atas pernyataan ku barusan, namun ku rasakan tangan kirinya mulai merangkulku, dan beliau berbisik.