Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part V] Di Balik Sebuah Cerita

28 November 2016   20:18 Diperbarui: 1 Desember 2016   21:46 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mbah giran (sumber : rikyarisandi.blog.widyatama.ac.id/)

Kehadiran nisa membuyarkan lamunan ku saat ini, aku pun menyambut kehadiran gadis kecil ini dan mencium kedua pipinya. Tergambar jelas kebahagian di wajahnya yang membuat ikut bahagia sebagai orang tua.

Nisa spontan mencium pipi pak giran yang duduk disampingku dan mencubit manja hidung pak giran yang di sambut tawa kami bertiga, pak giran tak tinggal diam membalasnya dengan kecupan di kening dan mencubit pipi tembem nisa dengan gemesnya.

"cucu kakek giran ini jahil banget ya..." ujar pak giran di sela tawanya.

"kan sama jahilnya dengan kakek giran ?", aku menimpali sembari di sambut tosh oleh nisa di sambut tawa pak giran.

Nisa memposisikan duduk di pangkuan ku, sembari menyeruput secangkir teh hangat yang telah tersedia di meja balai ini. Aku mengajak nisa untuk menikmati sisa senja yang memanjakan diri di langit, sembari sesekali tangan ku menunjuk ke arah langit. 

"kakek giran sayangkan ma nisa?" celutuk nisa di sela-sela menikmati pemandangan.

"iya sayang dong, kan nisa cucu kakek giran." ujar pak giran.

"cantik mana mama sama nisa, kakek ? jujur ya kakek." ujar nisa spontan seperti sedang menggoda pak giran.

"sama-sama cantik kok, mama nisa cantik jadinya nisa juga cantik. Kalau mamanya gak cantik kan gak mungkin nisa ikut cantik?.." ujar pak giran sembari tersenyum.

Nisa hanya bisa mangut-mangut dan tersenyum, pak giran membalas senyum nisa sembari dengan penuh kasih sayang dan lembut mengelus rambut nisa yang sedang duduk di pangkuan ku saat ini.

Pak giran yang memang dasarnya jahil ini entah sengaja atau tidak saat sedang mengelus rambut nisa, tangan tuanya sedikit menyerempet ke arah gunung kembarku karena posisi kepala nisa yang bersandar tepat di gunung kembar ku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun