"iya nak.. ayo sana.." jawab ku dengan senyum.
Nisa berlari dengan penuh kebahagian dan senyum yang terlukis di wajahnya ke arah rina, rina terlihat menyambut nisa, menggendongnya dan mencium kedua pipinya.
Nisa pun dengan spontan mencium kedua pipi pak giran dan sedikit mencolek hidung pak giran yang di sambut tawa mereka bertiga. Nisa duduk di pangkuan rina, sesekali terlihat pak giran mengelus-elus kepala nisa yang memberikan rasa kenyamanan dan menyalurkan kasih sayang dari sosok seorang kakek, dimana pak giran telah menganggap nisa layaknya cucu sendiri.
"cocok ya mas andi.." celutuk ibu giran tiba-tiba.
"siapa buk yang cocok?" tanya ku yang tak mengerti arah pembicaraan.
"itu.. bapak, rina dan nisa" . balas buk giran sambil tertawa lepas.
"ah.. ibu bisa aja deh becandanya" jawab ku yang ikut tertawa.
" heheh.. mas andi beruntung mendapatkan nak rina. Baik, cantik, keibuan dan penyayang." ujar buk giran.
"alhamdulillah buk, semua sudah di atur sama Tuhan. Tapi... ". ujar ku kepada ibu giran namun ada sesuatu yang sedikit tertahan untuk ku sampaikan.
"tapi.. kenapa mas andi?" tanya ibu.
"aku merasakan kurang bisa membahagiakan rina buk.. selama ini aku sibuk dengan pekerjaan, jarang memberikan perhatian, kasih sayang maupun memanjakan rina. Aku iri melihat bapak yang mampu mengerti rina, memberikan perhatian yang dibutuhkan rina maupun memanjakannya." jelas ku pada ibu.