"nduk...." bisik bapak di telinga ku
" iya pak.. " jawab ku pelan.
Tanpa kami sadari ibu mengambil posisi tetap di samping ku, hingga tangan bapak yang sedang berada di pinggang tak terlihat bila ada yang datang. Aku masih tak masuk akal kenapa ibu membiarkan bapak melakukan hal ini dan juga ikut menggoda saat bapak menggoda sedang menggoda.
"biar aman kalo ada yang lewat " ujar ibu sekena saja.
Aku terkejut ketika bapak mulai membaui telinga sebelah kanan dan dengan bersamaan tangannya mulai merabai perutku yang agak sedikit berlemak karena faktor yang sudah memiliki dua anak ini. Aku kembali di buat tak berdaya dengan segala perlakuan pak giran yang memang telah menanamkan rasa kenyamanan terlebih dahulu sejak kemarin.
"pak.. " desah kuÂ
" iya nduk.. kenapa?" jawab bapak pelan
"ada ibu pak, aku malu.. gak enak pak" bisik ku di telinga bapak.
Pak giran dengan spontan mencium keningku dan menghentikan perbuatanya namun tangannya mengelus rambut ku dengan lembut, matanya memandang dalam ke arah mata ku yang ingin menunjukkan bahwa beliau tak sekedar nafsu atau mencabuli diri ku namun ada rasa lain yang belum bisa ku pahami saat ini.Â
" yuk makan.. ntar keburu dingin masakannya" ujar ibu memecah kebisuan.