"terima kasih, pak" bisik rina tetapi lebih terdengar seperti desahan.
"terima kasih untuk apa, nduk?" pak giran balik bertanya.
"terima kasih untuk keindahan, kenyamanan dan semua hal ini pak" ujar rina
"kamulah yang menjadikannya lebih indah nduk, matahari terbit ciptaan Tuhan dan kamu juga ciptaan Tuhan. Maka ciptaan Tuhan itu indah semua nduk". jelas pak giran
" hehee .. bapak bisa aja gombalnya ", jawab rina sembari mencubit pinggang pak giran dan di sambut tawa oleh ibu yang membuat kaget mereka.
"eheeeem.. eheeeem", ibu mencoba menggoda kami.
"udah kayak sepasang kekasih aja nih, tapi cocok sih" tambah ibu sembari tertawa.
"ibu bisa aja deh." ujar ku tertawa tertahan sembari memperbaiki posisi duduk karena merasa malu pada ibu.
"adit dan nisa dimana, buk ?" ujar ku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"ada di dalam tuh sama andi di meja makan, hehe" ujar ibu yang masih tertawa dan tersenyum melihat kami berdua.
"ibu ganggu aja nih, orang bapak lagi asyik, heheh" timpal pak giran yang juga ikut tertawa.