Kamu kemana saja, kenapa baru datang saat tentangmu sudah berhasil aku tinggalkan?
....
Kamu kemana waktu aku tetap berdiri di tempat yang sama saat kamu mengatakan akan kembali? Sebenarnya aku lelah, tapi bukankah kamu sudah berjanji akan kembali? Waktu seakan berjalan lambat, tapi aku tetap menunggu tanpa ragu sampai ada seseorang yang datang dan mengatakan, "apakah dia benar-benar akan kembali?"
Aku tidak tahu.
Aku hanya berbekal janjimu. Kurasa kamu juga tidak akan berbohong. Bukankah aku pernah bilang bahwa aku tidak suka orang yang berbohong. Dan waktu itu kamu berjanji tidak akan berbohong padaku.
Tapi, apakah kamu masih ingat janjimu? Apakah kamu masih ingat aku?
Ada seseorang yang berkata "ra, penantian juga ada batasnya. Untuk apa menunggu orang yang kabarnya aja gapernah kamu denger"
Aku menyerah, akhirnyaa.
Aku menyerah tidak hanya karena perkataan seseorang itu. aku menyerah karena kalau dirasa-rasa sudah lama aku memang merasa lelah. sudah lama semenjak kepergianmu aku telah berhenti menyebut namamu dalam doa. Sudah lama aku mulai memikirkan untuk berhenti, tapi aku selalu teringat janjimu.
Semenjak hari itu, aku berusaha menata kembali cerita-ku. Mengejar semua yang kutinggalkan di belakang. Meraih semua kesempatan untuk berdiri yang awalnya ku sia-sia kan hanya karena kamu.
"aku tidak ingin kamu kebingungan mencariku jika aku beranjak dari tempat" alasanku waktu itu
Akhirnya hari itu tiba. Aku berhasil. Tentu dengan bantuan seseorang. Seseorang yang menyadarkanku bahwa tidak semua perasaan harus diperjuangkan sebegitunya. Kamu sudah bukan lagi tokoh utama dalam ceritaku. Kamu memang tak terlupakan, tapi sekarang tentangmu tidak lebih dari salah satu cerita yang memiliki akhir kutinggalkan. Kubiarkan mengendap, kemudian perlahan menguap. Kamu sudah tergantikan.
Tapi hari ini kamu kembali. Raga yang pernah kuharapkan wujudnya akhirnya ada. Wajahmu masih menawan seperti yang terlihat terakhir kali. Senyummu masih menenangkan seperti yang tersimpan dalam ingatan. Kamu tidak berubah sama sekali. Tapi saat kamu memanggil namaku, bukan lagi senang yang kurasakan. Aku merasa bahwa pertemuan seperti ini tidak seharusnya terjadi. kamu seharusnya tidak kembali.
"kenapa kamu kembali?" aku langsung bertanya tanpa menjawab sapaannya.
"Ra, kamu nggak seneng aku kembali?" tanyanya balik.
"kenapa, kenapa baru sekarang?"
"banyak urusan yang harus aku selesaikan, Ra. Biar aku bisa kembali kesini"
"kamu nggak seharusnya disini. kamu seharusnya nggak usah menemuiku lagi"
"kenapa, Ra? Bukannya selama ini kamu nunggu aku?"
"dulu. Sekarang sudah tidak lagi. Maka dari itu, seharusnya kamu tidak kembali. Aku sudah bukan Ra-mu yang dulu lagi."
"Ra?"
Akhirnya aku meninggalkannya. Bukannya aku takut luluh, hanya saja aku belum siap bertemu dengan orang yang sudah coba kulupakan.
Aku langsung menemui seseorang itu. aku tidak tahu harus lari kemana lagi.
"dia kembali" adu-ku.
"tenang, semua akan baik-baik saja, Ra" tenangnya.
"kamu tidak akan pergi, kan?"
"tidak, sampai kamu yang menyuruhku pergi"
Sudah. Itu sudah lebih dari cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H