Mohon tunggu...
Tsebagus JangkiD
Tsebagus JangkiD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Mencari

Sedang Mencari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bermain Layang-Layang di Masa Pandemi

27 April 2021   15:00 Diperbarui: 27 April 2021   15:18 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, karena dunia sedang dilanda wabah baru yang bernama corona virus maka seluruh masyarakat diwajibkan untuk tetap di rumah. Di Indonesia sendiri sudah berlaku kebijakan di rumah saja sejak kurang lebih bulan Maret. Masyarakat diwajibkan untuk di rumah saja agar mengurangi tingkat penyebaran corona virus. Karena corona virus ini banyak tempat tempat umum ditutup seperti kantor, sekolah, pasar, tempat berbelanja, atau tempat umum. Seluruh masyarakat terpaksa harus memindahkan kegiatan sehari harinya seperti bekerja di kantor dan menempuh pendidikan di sekolahnya semuanya dipindahkan di rumahnya masing masing. Setelah berbulan bulan hanya di rumah, pasti seluruh masyarakat merasa stress dan jenuh. Maka tidak salah jika ada beberapa masyarakat yang mencari alternatif untuk menghilangkan rasa jenuhnya dengan mengisi aktivitasnya di luar rumah seperti bersepeda atau berlari lari mengelilingi desa. Ada juga yang mengisi aktivitasnya dengan bermain layang layang.

Layang layang / layangan adalah permainan masa kecil yang sering kita mainkan dahulu. Layangan terbuat dari bilah bamboo yang diukur dengan rumusnya dan ditali agar terbentuk lalu kita tutup dengan kertas atau plastic dan bisa juga dengan kain.

Layang layang ini memiliki berbagai fungsi berdasarkan bentuk dan ukuran. Layang layang yang berukuran kecil yaitu sekitar 50 - 60 centi meter biasanya digunakan sebagai layang layang aduan atau gesrekan. Gesrekan adalah kegiatan dalam menerbangkan layang layang untuk beradu dalam keahlian memainkan benang layang layang tersebut, biasanya dengan metode tarik atau pun mengulur. Pemain yang benang layang layangnya putus dinyatakan kalah gesrekan dan biasanya anak anak kecil akan berlarian merebutkan layang layang yang putus.

 Layang layang kecil biasanya hanya berbentuk bujur sangkar saja. Sedangkan yang berukuran besar di daerah Yogyakarta biasanya disebut Pegon ( bentuknya menyerupai bibir ) yang berasal dari daerah Tulungagung, Bulanan ( bentuknya seperti Bulan / bundar) yang berasal dari daerah Madura, Naga Raja ( berbuntut panjang ) asalnya dari bali. Layang layang juga biasa diberi tali Sendaren yang fungsinya untuk membuat suara seperti helikopter. Panjang tali Sendaren biasanya malah melebihi panjang layang layangnya. 

Untuk layang layang yang berukuran sedang hingga besar biasanya berukuran 1 meter hingga 12 meter. Layang layang yang berukuran sedang hingga besar sering digunakan masyarakat untuk hiburan ketika sore hari bahkan ada yang dibiarkan terbang hingga keesokan paginya, biasanya diberi lampu dengan tenaga dinamo dan kipas kecil. Untuk membuat satu layang layang kecil biasanya hanya dibutuhkan waktu satu jam lamanya. Sedangkan untuk layang layang besar bisa menghabiskan setidaknya satu minggu untuk pembuatannya, tergantung buntutnya panjang atau tidak berbuntut. Untuk biaya pembuatannya pun terbilang murah dan sangat terjangkau. 

Satu layang layang kecil hanya menghabiskan uang lima ribu rupiah saja sedangkan satu layang layang besar ukuran 2 m bisa menghabiskan uang hingga seratus ribu rupiah. Tentu saja itu hanya harga untuk layang layang biasa karena untuk layang layang yang dilombakan bisa menghabiskan uang berjuta juta rupiah. Jika kita tidak bisa untuk membuat layangan sendiri, kita bisa membelinya di warung yang menyediakan layang layang dan peralatan lainnya. Dan jika di sekitar kita tidak ada yang menyediakan layang layang kita bisa mencari ke pengrajin layang layang dan kita pun bisa meminta berbagai macam bentuk, ukuran, dan warna sesuai yang kita inginkan kepada sang pengrajin. 

Untuk layangan yang sering digunakan untuk perlombaan dan yang sedang ngetren saat ini adalah layang layang Naga Train. Layang layang naga ini biasanya menggunakan 1 kepala untuk dipegang dan badannya terbentuk dari kepingan kepingan yang banyak. Kepingan kepingan ini dapat terbuat dari bamboo maupun dari fiber yang berukuran 2 milimeter sampai 3 milimeter. Layang layang ini disebut layangan Naga Train karena bentuknya yang memanjang, biasanya paling pendek adalah 30 meter dan paling panjang adalah 120 meter. Naga Train ini tidak dapat diterbangkan oleh 1 orang saja, melainkan harus bersama sama minimal 8 orang karena layangan ini panjang dan ketika sudah terbang tarikan dari layangan ini sangat berat bahkan bisa sampai mengangkat orang dewasa.

Layang layang ini adalah pilihan alternatif ketika ingin melakukan aktivitas di luar rumah selama masa pandemi. Bermain layang layang adalah kegiatan ringan yang dapat menghilangkan kejenuhan kita. Saat masa pandemic corona ini, aktivitas bermain layang layang mulai ngetren lagi sejak bulan Agustus, karena pada saat bulan Agustus kemarin anginnya sering berhembus kencang dan cuaca sering kali cerah disore hari.

Factor yang mempengaruhi masyarakat menjadi menyukai aktivitas bermain layang layang lagi adalah karena kegiatan ini ringan untuk dilakukan, bahkan bisa dilakukan sendiri. Mudah pembuatannya dan tidak mahal biayanya. Bermain layang layang juga dapat menyehatkan tubuh karena mengharuskan pemainnya untuk bergerak aktif di luar rumah. Tidak hanya memainkan handphone di dalam rumah saja. Yang menonton pun senang karena melihat di langit ada berbagai bentuk dan warna layang layang. Faktor yang lain masyarakat ingin mengikuti tren yang sedang berjalan seperti digunakan untuk mengisi konten dalam sosial media masing masing, baik itu konten cara pembuatan layang layang ataupun cara memainkan layang layangnya


Dampak positif dari tren bermain layang layang selama masa pandemic adalah dapat mengurangi stress akibat himbauan untuk beraktivitas di rumah saja, serta sebagai sarana hiburan bagi pemain dan penonton, menyehatkan tubuh, pendapatan dari para penjual layang layang dan benang meningkat, terciptanya komunitas komunitas baru yang melingkari kegiatan layang layang di berbagai daerah serta melestarikan budaya layang layang dari masing masing daerah.

Selain dampak positif, pastinya tren bermain layang layang ini juga memiliki dampak negatif seperti meningkatkan potensi penyebaran virus corona, merusak sawah karena sering kali masyarakat bermain di sawah, dan juga jika layangan tersangkut di kabel listrik lalu dipaksa agar lepas pasti akan menimbulkan kecelakaan listrik yang pastinya dapat merugikan rumah rumah di sekitarnya. 

Jika tetap ingin aman dan nyaman ketika bermain layang layang, kita setidaknya harus mematuhi protocol kesehatan seperti tetap selalu memakai masker dan menjaga jarak satu sama lain atau tidak berkerumun, memilih lahan yang luas, seperti lapangan atau sawah bero dan menghindari sawah yang sedang ditanami karena dapat merugikan sang petani, jauh dari kabel listrik dan jalan raya, menggunakan pakaian panjang tertutup juga topi agar terhindar dari sinar matahari langsung, menggunakan sarung tangan agar tangan tidak perih ketika memainkan benangnya.


Dengan demikian, tren bermain layangan di masa pandemi corona baik dan tidak salah untuk dilakukan sebagai aktivitas penghilang stress dan rasa jenuh masyarakat asalkan setiap masyarakat tetap memahami dan mematuhi protocol kesehatan yang selama melakukan aktivitas aktivitasnya. Tren ini juga memberikan dampak positif karena bisa digunakan untuk melestarikan budaya layang layang dari berbagai daerah serta mengembangkan kreatifitas dari pembuat pembuatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun