Mohon tunggu...
tsania nelly fakhrina
tsania nelly fakhrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Jalani hidup sesuai alurnya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Metode Konvensional Guru PAI di SMP/MTS dan SMA/MA Serta Solusinya

19 November 2024   07:32 Diperbarui: 19 November 2024   07:42 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru memiliki problematika pada metode atau pendekatan pembelajaran konvensional di kelas PAI yang seringkali kurang berhasil dalam menarik minat dan perhatian siswa, terutama pada tingkat sekolah SMP/MTS dan SMA/MA.

Metode pengajaran yang digunakan ialah ceramah, atau penyampaian materi yang mana guru menyampaikan informasi sedangkan siswa hanya mendengarkan atau mencatat. Hal ini menyebabkan siswa menjadi bosan dan tidak terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga kebanyakan siswa menjadi berbicara dan asik sendiri dengan temannya.

Materi PAI mungkin hanya fokus pada hafalan teks agama semata tanpa ada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menyulitkan siswa untuk menghubungkan ajaran agama dengan konteks modern.

Berikut beberapa problematika pada metode konvensional:

  • Kurangnya keterlibatan siswa.

Salah satu kelemahan pada pendekatan ini adalah kurangnya keterlibatan atau partisipasi aktif siswa. Dalam model pembelajaran ceramah, siswa biasanya belajar dalam kapasitas pasif sebagai pendengar. Hal ini membuat siswa kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan pemahaman mereka terhadap materi cenderung dangkal. Tidak jarang siswa merasa bosan dan kehilangan minat, apalagi jika materi disampaikan secara monoton.

  • Terfokus pada hafalan, bukan pemahaman.

Pendekatan konvensional yang dilakukan, banyak sekolah masih terlalu menekankan pada hafalan teks-teks keagamaan seperti ayat Alquran, hadis, dan pelajaran fiqih. Meskipun hafalan itu penting, namun pendekatan ini seringkali kurang memberikan pemahaman yang mendalam terhadap makna ajaran agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian yang digunakan pun umumnya menggunakan ujian tertulis dengan format pilihan ganda atau esai yang tidak mencerminkan pemahaman mendalam siswa terhadap materi yang disapaikan oleh guru. Tanpa pemahaman yang lebih luas dan aplikatif, hal ini berisiko menjadikan pendidikan agama hanya sekedar hafalan belaka.

  • Keterbatasan dalam mengembangkan keterampilan kritis dan kreatif.

Pendekatan berbasis ceramah seringkali tidak memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan spekulatif terhadap ajaran agama. Di dunia yang terus berubah, siswa harus dilatih untuk menganalisis dan menanggapi tantangan zaman dari sudut pandang agama, termasuk masalah sosial, politik, dan teknologi. Namun pembelajaran konvensional tidak memberikan banyak ruang untuk diskusi mendalam dan analisis kritis.

Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah:

  • Menggunakan metode pembelajaran aktif (active learning). 

Salah satu pilihan yang paling penting untuk mengatasi kurangnya partisipasi siswa adalah penggunaan teknik pembelajaran aktif. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan siswa sebagai agen aktif dalam proses pembelajaran. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran seperti berdiskusi, bekerja dalam kelompok, dan menjalankan simulasi. Misalnya, seorang guru mungkin membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan penafsiran mereka terhadap ayat tertentu dari Al-Qur'an atau hadis, dan kemudian mempresentasikan temuan mereka di depan kelas. Pendekatan ini meningkatkan keterlibatan siswa, mendorong pemikiran lebih dalam, dan memungkinkan mereka melatih keterampilan berbicara di depan umum.

  • Penerapan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PBL)

Untuk mengatasi dominasi hafalan yang tampaknya teoretis, guru dapat menerapkan PBL. Dalam model ini, siswa ditantang untuk menerapkan prinsip-prinsip Islam pada proyek dunia nyata. Misalnya, siswa mungkin diminta untuk mempraktikkan sholat dalam materi fikih dan merencanakan kegiatan sosial berdasarkan nilai-nilai Islam, seperti membantu orang yang membutuhkan atau mengadakan acara keagamaan di sekolah. Dengan demikian, mereka tidak hanya sekedar menghafal ajaran agama, namun juga mengamalkannya dalam situasi sosial nyata.

Selain didalam pembelajaran di kelas, siswa dapat menggunakan platform digital seperti aplikasi pembelajaran interaktif (youtube) yang bisa membantu dalam pemahaman yang lebih secara mendalam.

  • Diskusi dan debat untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun