Matahari telah tertidur sejak tadi. Langit ikut menghitam dan jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam. Suara jangkrik ditengah malam tidak terdengar, tergantikan dengan kencangnya gemercik air yang turun membasahi bumi pertiwi. Dimalam yang sejuk seperti ini, kebanyakan orang berkumpul dan menonton acara kesukaan mereka bersama keluarga. Namun berbeda dengan pemuda yang satu ini, matanya sedikit bergetar melihat tayangan televisi yang walaupun telah lulus sensor.
"Tubuh seorang wanita dengan usia berkisar 21 tahun ditemukan tak bernyawa di dalam kamar mandi apartemen Bangtan dalam keadaan mengenaskan. Diduga kasus tersebut adalah kasus pembunuhan---"
Seorang pemuda di depan televisi yang duduk bersila sambil memakan sukro hanya dapat menghela nafas. Terhitung sudah berita ke-enam yang dia dapati tentang pembunuhan berantai dalam tiga bulan ini. Tentu saja semua berita itu membuat warga sekitar was-was akan dirinya sendiri juga orang terdekatnya. Begitu juga dengan Yuuta, pemuda yang sedang menonton berita itu.
"Pembunuhan lagi, ta?" Tanya pemudi lain yang baru datang dengan membawa keranjang baju kotor.
Namanya Maki. Teman Yuuta sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Mereka tinggal bersama dalam sebuah unit apartemen yang tidak terlalu besar di negeri matahari terbit ini. Pertemanan yang terbilang cukup lama menumbuhkan rasa percaya satu sama lain dan membuat mereka berani untuk tinggal bersama.
"Iya nih, serem banget deh" Yuuta menjawab.
"Kamu jangan sering-sering main ya Maki-chan, aku kan takut kalo sendirian dirumah" lanjutnya.
"Makanya kamu juga main dong sama temanmu, jangan nonton anime mulu dasar wibu"
Maki berlari sembari tertawa kegirangan ke tempat cuci baju saat Yuuta melempar satu sukro dari tangannya. Wajah cemberut temannya itu membuat ia tertawa hingga ia sampai di balik pintu ruang laundry. Gelak tawanya berhenti kala melihat benda rahasianya terpampang jelas di atas lantai ruang laundry. Dengan cekatan tangannya menaruh benda itu kembali ke tempat yang hanya ia tahu. Tanpa Yuuta ketahui, Maki merubah garis bibirnya hingga bibir sebelah kanannya tertarik ke atas.
Yuuta pun kembali menonton televisi di depannya. Ia mengganti saluran televisi karena ketakutannya muncul. Walaupun sudah memasuki bangku perkuliahan, Yuuta tetap menyukai tontonan anak-anak, seperti Pororo yang sedang ia tonton saat ini.
"YUUTA-KUUUNNN"