Saya tidak mau membawa-bawa nama Ahok di sini karena hal ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Gubernur DKI Jakarta itu. Akan tetapi, sudah menjadi suatu kepastian bahwa komentar-komentarnya nanti akan mengarah dan membawa-bawa nama Ahok. Oleh karenanya untuk mengimbangi, saya tidak akan membandingkan kepemimpinan Kang Emil hanya dengan Ahok tetapi juga dengan Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Ahok dianggap arogan karena sering marah-marah di media. Tapi siapa yang dimarahi oleh Ahok lewat media? Apakah warga yang mengkritisinya? Bukan. Ahok marah kepada koruptor atau preman yang mencoba mengambil keuntungan dan justru menyengsarakan rakyat. Ketika dikritisi oleh anak Anang Hermansyah, Aurel, respons Ahok justru positif. “Aduh Pak Ahok, kok masih banyak sampah ya? Gimana Jakarta gak banjir,” cuit Aurel melalui akun twitternya (Kapanlagi.com 13/06).
Menanggapi hal itu Ahok justru berterima kasih. Padahal persoalan kali kotor juga bukan sepenuhnya salah Ahok. Percuma saja Pemprov DKI dengan segala daya upayanya membersihkan kali, kalau warga sekitar masih membuang sampah ke kali.
Kang Emil juga bisa belajar dari Presiden Jokowi yang seumur hidupnya penuh dengan hinaan, cacian dan fitnah. Berapa banyak tuduhan tak berdasar kepada Presiden Jokowi? Tidak bisa dihitung. Tapi apakah Presiden Jokowi memarahi orang-orang tersebut atau membuat statement khusus terkait hal tersebut? Tidak. Presiden Jokowi tetap cool menjalani tugasnya karena ia tau inilah konsekuensi menjadi seorang pejabat publik.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo bisa memanfaatkan Twitternya dengan baik. Melalui akunnya @pakdekarwo1950, ia bisa menampung aspirasi warganya dengan baik. Jika ada kritikan, Soekarwo menerimanya dengan baik dan jika ada hal yang kurang benar rasanya, maka Soekarwo juga mengklarifikasinya dengan santai.
Kang Emil sudah seharusnya bersikap lebih dewasa dan mau menerima resiko dari pilihannya. Mungkin untuk kali ini terlalu cepat menilai bahwa Kang Emil memiliki gaya kepemipinan yang kurang baik. Bisa jadi kasus dan kritik ini menjadi pembelajaran bagi Kang Emil agar ke depannya semakin baik. Warga Bandung memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap Kang Emil, baiknya ekspektasi itu tidak dimentahkan begitu saja dengan kata-kata apalagi tweet tidak penting. Jika kritikan ini juga ditanggapi sinis oleh Kang Emil sebagaimana komentar akun @name_zhou, barulah kita boleh bertanya: Apakah Anda sebenarnya seorang pemimpin?
Tsamara Amany
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina