Mohon tunggu...
Tsamara Amany
Tsamara Amany Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Universitas Paramadina | @TsamaraDKI on Twitter

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kang Emil, Terimalah Resiko Menjadi Pejabat!

7 Oktober 2015   20:18 Diperbarui: 7 Oktober 2015   20:18 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Respons Ridwan Kamil terhadap salah satu warga."][/caption]

 

Ridwan Kamil selalu dikenal publik sebagai sosok pejabat yang ramah dan santun. Kang Emil – panggilan akrabnya – menjadi idola bagi banyak orang. Ditambah lagi gaya berpakaiannya yang mirip dengan Bung Karno membuat orang semakin tertarik dengan sosok wali kota Bandung ini. 

Namun publik dikejutkan oleh respons Kang Emil terhadap kritik warga melalui akun twitternya @ridwankamil. Pada awalnya akun bernama @name_zhou menanyakan sikap Kang Emil terkait pembunuhan seorang remaja bernama Fauzi. Kang Emil terlihat kesal dengan pertanyaan itu karena hal ini tidak terjadi di daerah yang dipimpinnya. “Itu di Cimahi. Udah marah2, berita gak dibaca. *dan ujungnya suka pura2 lupa minta maaf,” begitulah respons wali kota bandung itu (07/10)

Jika membaca keterangan yang berada pada artikel kompas.com terkait pembunuhan Fauzi, memang akun @name_zhou telah membuat kesalahan karena menanyakan hal ini kepada Kang Emil. Pemberitaan memang ditulis di Bandung, namun Kang Emil adalah wali kota Bandung. Sementara Cimahi adalah bagian dari Kabupaten Bandung yang bukan daerah kewenangan Kang Emil.

Meski begitu, respons Kang Emil sangat disayangkan. Mengapa harus terkesan anti-kritik dan kasar? Seharusnya Kang Emil tidak perlu sewot, toh sudah jelas itu bukan kesalahannya. Lebih baik jika Kang Emil menjelaskan ‘Itu di Kabupaten Bandung, bukan di daerah saya’. Menjawab seperti ini tidak akan menghilangkan wibawa atau pun popularitas Kang Emil sebagai pemimpin. Yang terpenting dalam klarifikasi itu pesan tersampaikan dan hal itu bisa disampaikan dengan cara yang baik.

“Kasar gimana sih? Ahok tuh kasar! Masa jawab begitu dibilang kasar? Wajar Kang Emil kesel, itu orang kan sok tau!”

Komentar di atas ini akan saya terima dari para pendukung Kang Emil. Dan itu adalah hak dari para pendukungnya untuk membantah argument saya. Namun sebelum komentar ini terlontarkan, saya akan menjelaskannya terlebih dahulu.

Pertama-tama kita harus kembali mengingat bahwa Kang Emil adalah seorang pejabat publik, Menjadi pejabat adalah pilihan, bukan sesuatu yang dipaksakan. Jika dipaksakan, tidak mungkin Kang Emil sekarang menjadi pemimpin kota Bandung. Pilihan Kang Emil ini bukan tanpa resiko. Kritik, hinaan, cacian, bahkan fitnah sekali pun pasti selalu ada. Namun sebagai pemimpin pilihan rakyat, Kang Emil harus menjawabnya dengan cool, bukan dengan memarahi warga tersebut.

Jawaban Kang Emil di Twitter atas respons terhadap komentar warga terkesan kasar. Bacalah perlahan-lahan kalimat itu dan ulang secara terus menerus. Maka dari sana terlihat bahwa Kang Emil memarahi balik warga tersebut, bukan hanya mengklarifikasi. Belum lagi ratusan ribu followers yang mungkin juga pendukung fanatik Kang Emil akan ikut mem-bully warga tersebut. Ya memang dia salah dan memang komentarnya agak mengesalkan, tetapi jika sebagai pejabat publik Kang Emil tidak mampu mengklarifikasi dengan baik, maka lebih baik tidak usah dijawab.

Saya tidak mau membawa-bawa nama Ahok di sini karena hal ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Gubernur DKI Jakarta itu. Akan tetapi, sudah menjadi suatu kepastian bahwa komentar-komentarnya nanti akan mengarah dan membawa-bawa nama Ahok. Oleh karenanya untuk mengimbangi, saya tidak akan membandingkan kepemimpinan Kang Emil hanya dengan Ahok tetapi juga dengan Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Ahok dianggap arogan karena sering marah-marah di media. Tapi siapa yang dimarahi oleh Ahok lewat media? Apakah warga yang mengkritisinya? Bukan. Ahok marah kepada koruptor atau preman yang mencoba mengambil keuntungan dan justru menyengsarakan rakyat. Ketika dikritisi oleh anak Anang Hermansyah, Aurel, respons Ahok justru positif. “Aduh Pak Ahok, kok masih banyak sampah ya? Gimana Jakarta gak banjir,” cuit Aurel melalui akun twitternya (Kapanlagi.com 13/06).

Menanggapi hal itu Ahok justru berterima kasih. Padahal persoalan kali kotor juga bukan sepenuhnya salah Ahok. Percuma saja Pemprov DKI dengan segala daya upayanya membersihkan kali, kalau warga sekitar masih membuang sampah ke kali.

Kang Emil juga bisa belajar dari Presiden Jokowi yang seumur hidupnya penuh dengan hinaan, cacian dan fitnah. Berapa banyak tuduhan tak berdasar kepada Presiden Jokowi? Tidak bisa dihitung. Tapi apakah Presiden Jokowi memarahi orang-orang tersebut atau membuat statement khusus terkait hal tersebut? Tidak. Presiden Jokowi tetap cool menjalani tugasnya karena ia tau inilah konsekuensi menjadi seorang pejabat publik.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo bisa memanfaatkan Twitternya dengan baik. Melalui akunnya @pakdekarwo1950, ia bisa menampung aspirasi warganya dengan baik. Jika ada kritikan, Soekarwo menerimanya dengan baik dan jika ada hal yang kurang benar rasanya, maka Soekarwo juga mengklarifikasinya dengan santai. 

Kang Emil sudah seharusnya bersikap lebih dewasa dan mau menerima resiko dari pilihannya. Mungkin untuk kali ini terlalu cepat menilai bahwa Kang Emil memiliki gaya kepemipinan yang kurang baik. Bisa jadi kasus dan kritik ini menjadi pembelajaran bagi Kang Emil agar ke depannya semakin baik. Warga Bandung memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap Kang Emil, baiknya ekspektasi itu tidak dimentahkan begitu saja dengan kata-kata apalagi tweet tidak penting. Jika kritikan ini juga ditanggapi sinis oleh Kang Emil sebagaimana komentar akun @name_zhou, barulah kita boleh bertanya: Apakah Anda sebenarnya seorang pemimpin?

 

 

Tsamara Amany

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina

 

*menulis atas nama pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun